Jumat, 04 Januari 2013

Pesta Terompet Tahunan

(HIKMAH) CUKUPILAH SUDAH IKUTAN PESTA TEROMPET TAHUNAN 

Perkara ini sebenarnya sudah jelas bahwa tahun-baruan adalah hasil transfer kebiasaan bangsa lain yang tidak berkiblat kepada Islam. Oleh sebab itu, budaya ini menjadi keharaman untuk dikerjakan dan diterapkan dalam kehidupan seorang muslim. Bangsa Persi kuno lah yang telah melakukan aktivitas ini pada masa kejayaannya. Ia merupakan sebuah ritual yang dikhususkan untuk mengagungkan dewa api. Mereka yang merupakan kaum Majusi, yaitu yang menganggap api sesuatu yang memiliki kekuatan sehingga karena kepercayaan itulah mereka menetapkan tanggal 1 Januari sebagai hari penobatan raja baru mereka yaitu yang dipersangkakan sebagai hari terciptanya api.

Dalam perayaan ini, sepanjang malam mereka berpesta, menyalakan bunga-bunga api, mengkonsumsi minuman keras, dan turun ke jalan-jalan. Bukankah gambaran tersebut merupakan kesamaan dengan yang terjadi pada masa-masa sekarang ini? Sepatutnya seorang muslim menghindari aktivitas ini karena ia merupakan salah-satu bentuk dari kemaksiatan yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman, "…Allah menjadikan kamu cinta akan keimanan dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus." (QS. al-Hujurat, 49:7)

Ibnu Umar ra menyampaikan bahwa Rasulullah bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ.

"Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum tersebut." (HR. Ahmad)

Dalam Iqtidha Sirathiil-Mustaqim, Mukhalafatu Ashabil-Jahim, "Perbuatan meniru-niru mereka (umat kafir) dalam perayaan mereka dapat menyebabkan seseorang bangga dengan kebathilan yang ada pada mereka."

Padahal tidaklah Dia memperpanjang nafas seorang muslim selain untuk beribadah kepada-Nya. Allah Ta'ala berfirman, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS.adz-Zariyat, 51:56 )

Na'am, aktifitas seorang muslim yang sesungguhnya adalah berkutat dengan peribadahan kepada Rabb-nya, apakah peribadahan itu berbentuk sholat, shaum, shodaqoh, mencari ma'isyah, beramar ma'ruf-nahyi munkar, tholabul ilmu, maupun berdzikir dan bermuhasabah. Semua hal tak lepas dari mengibadahi-Nya semata, saling sambung-menyambung, berkaitan, dan berketerusan.

Tidak diridhoi-Nya perkara apapun yang menyebabkan seorang manusia terlalai dari tugasnya beribadah atau berpaling kepada prilaku menghambur-hamburkan waktu yang telah dikaruniakan-Nya.

Tidaklah seorang muslim beramal dalam keluasan hari-hari yang diberikan Allah Ta'ala kepadanya, sementara hari-hari yang telah dimilikinya tidaklah mungkin terulang, sedangkan amalan telah baku tercatat, apatah lagi hari esok belum pasti menghampiri.

Hasan al-Bashri rahimahullah pernah berkata, "Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah hidup beberapa hari saja; setiap kali waktu berlalu, berarti hilanglah pula sebagian dirimu." (Siyar A'lam an-Nurbala', 1/496)

Selayaknya kaum muslimin meneladani Rasulullah dan para sahabatnya. Tolak beragam tipu-daya setan yang mengikis akidah umat di event-event seperti ini dengan bergerak mendakwahkan kebenaran dan mengajak umat untuk mengisi hari-harinya dengan amalan-amalan yang disunnahkan Rasulullah. Janganlah kita mengikuti perkara yang mungkin belum kita ketahui ilmunya, seperti firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan-jawabannya." (QS. al-Isra', 17:36)

Dia juga berfirman,"…dan janganlah kamu mengikuti hawa-nafsu mereka (orang-orang fasik) dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…" (QS. al-Ma'idah, 5:48)

Firman-Nya pula, "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa-nafsu mereka dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. al-Ma'idah, 5:49)

Sementara Imam Ahmad pernah mengatakan bahwa tanpa ilmu, manusia itu hidupnya seperti binatang. Dan janganlah juga kita asyik bermasyuk-diri membiarkan diri tenggelam dalam kesesatan, sementara ilmu telah kita ketahui. Khawatirlah bahwa bila Allah Ta'ala berkehendak, Dia akan biarkan hati kita mengeras karena kita menafikkan kebenaran yang telah kita temukan tentang suatu syari'at-Nya.

Selain itu ada pula sikap sebagian muslimin yang ikut-ikutan merayakan tahun-baruan karena gengsi bila absen dari lingkungannya yang telah terbiasa andil dalam perhelatan ini. Untuk alasan yang seperti ini, waspadalah! Karena sikap tersebut bisa merupakan pertanda bahwa kita telah terjerumus meladeni hawa-nafsu orang-orang fasik dan kafir yang senantiasa berupaya menjauhkan seorang muslim dari syari'at dien-Nya. Waspadalah karena Allah Ta'ala telah membuat peringatan ini bagi hamba-hamba-Nya yang beriman, "Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)." (QS. al-A'raf, 7:202)

Lalu Allah Ta'ala juga mengabarkan keadaan apabila setan-setan itu telah menguasai akan hati-hati seorang muslim, yaitu firman-Nya, "Syaitan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi." (QS. al-Mujadalah, 58:19)

Mudah-mudahan kita dihindari dari perbuatan golongan yang merugi tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution