Selasa, 06 November 2012

Bagaimana Mengembalikan Masyarakat Pada Akidah

 Refleksi Sejarah Nabi dalam Kehidupan Masa Kini

Nabi Muhammad dilahirkan di tengah masyarakat jahiliyah yang penuh dengan kebobrokan moral dan adat istiadat yang sungguh tidak beradab. Bahkan, saat itu sahabat Nabi, Umar bin Khattab pun pernah membunuh putrinya sendiri. Tidak terbayangkan bagaimana kejahatan yang dilakukan oleh kaum jahiliyah. Hadirnya Rasulullah sebagai suri tauladan pun tak mampu serta merta mengubah kaum jahiliyah. Sinkretisme agama jahiliyah terdahulu yang menjunjung tinggi nilai-nilai nenek moyang yang bersifat ortodoks sangat mempengaruhi ketidaksetujuan mereka terhadap Islam. Padahal sebenarnya kaum jahiliyah adalah penganut Islam dari keturunan Nabi Ibrahim. Sayangnya, ajaran tersebut sudah terdistorsi oleh adat dan budaya buatan manusia pada masa tersebut.


Ketika kaum jahiliyah dihadapkan pada Islam, banyak sekali pertimbangan yang dipikirkan. Ketidaksetujuan terhadap Islam bukan hanya persoalan agama saja. Aspek sosial, ekonomi, dan politik juga mengalami perubahan.

Sejak Rasulullah menyerukan kalimat Laa illaaha illallaah, banyak sekali pembuat patung yang protes akan itu. Mereka takut jika kaum jahiliyah beribadah tanpa perantara, maka usaha para pengrajin patung akan bangkrut.
Selama 23 tahun Rasulullah mengubah kaum Jahiliyah menjadi kaum Illahiyah. Bukan hal yang mudah untuk mengubah peradaban dalam waktu sesingkat itu. Namun, yang perlu diketahui adalah Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad melalui beberapa tahapan.

Selama 13 tahun di Mekkah beliau mendakwahkan perkara akidah.  Kemudian, selama 10 tahun di Madinah barulah beliau menyampaikan syariah. Itulah esensi utama pondasi pembangunan peradaban umat Islam. Penerapan akidah yang kuat merupakan landasan tegaknya syariah.

Kita sering terjebak dalam memperaktekan keIslaman. Kadang kita terkecoh dengan mendahulukan penerapan syariah tanpa memperhatikan pentingnya pemahaman terhadap akidah. Inilah masyarakat masa kini. Mereka umumnya tidak takut melakukan tindakan korupsi, berperilaku negatif, dan berbuat zalim. Hal demikian seharusnya tidak terjadi jika masyarakat memiliki keteguhan akidah yang kuat.

Lalu bagaimana mengembalikan masyarakat pada akidah? Salah satu pilihan kita saat ini adalah berniat menjadi orang shaleh, bertekad menjadi orang saleh dan tentunya konsisten menjadi orang saleh. Sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution