Karena cinta dan kasih sayang yang ditebarkan
Islam berkembang dibawah kepemimpinan
Rasullullah SAW karena cinta dan kasih sayang yang ditebarkan, ukhwah
atau persaudaraan/persatuan umat Islam pada masa itu amat kuat, bahkan
Rasul dapat mempersatukan kaum Aus dan Khazraj di Madinah (kaum Ansor)
yang selalu berperang selama bertahun tahun, dapat hidup berdampingan
dengan cinta dan kasih sayang Islam yang ditebarkan oleh Rasul dan
seluruh sahabat di Zaman itu.
Islam pun dengan cinta dan kasih
sayangnya dapat merubah watak manusia yang keras dan kasar seperti Umar
bin Khattab menjadi manusia yang amat zuhud dan begitu mencintai kaum
miskin, anak yatim dan kaum lemah lainnya. Sifat cinta dan kasih sayang
sesama ini, merupakan modal utama dalam penyebaran dan perkembangan
umat Islam karena memang sifat cinta dan kasih sayang merupakan Sifat
yang berasal dari Allah SWT yang amat bertentangan dengan sifat benci,
iri, dengki, sombong yang berasal dari syaitan.Namun
pada perkembangan umat Islam saat ini sepertinya kita harus mengurut
dada, karena hampir hilang sifat cinta dan kasih sayang pada umat
Islam. Bahkan jangankan cinta dan kasih sayang kepada makhluk Allah
yang lain, cinta kepada sesama manusia bahkan sesama umat Islam pun
sudah hampir pudar. Perpecahan dan peperangan antar sesama umat Islam
terjadi di mana-mana. Setiap lembaga dan organisasi yang berdasarkan
Islam pun selalu mengklaim diri yang paling benar dan cenderung
mengharamkan kelompok lain yang tidak segaris dengan kelompoknya.Dalam
perkembangan saat ini untuk menebar senyum kepada sesama manusia saja
merupakan hal yang amat berat dan sulit dilakukan, bahkan kecurigaan
saja yang selalu ditebar kepada manusia lain dengan sifat suuzon (buruk
sangka) menjadi penghias utama, sementara sifat husnuzon (berbaik
sangka) hanya sedikit orang saja yang mampu melakukannya itupun dengan
penuh berbagai pertimbangan dahulu.Kalau dikaji dari kondisi tersebut diatas ada baiknya kita menganalisa penyebab masalah yang terjadi menyebabkan perpecahan umat antara lain :
1. Sebuah Keharusan Sejarah
Perpecahan umat Islam yang terjadi saat ini dapat kita katakan
adalah sebuah keharusan sejarah, dalam arti kata lain Sunnatullah, atau
takdir yang harus dijalani oleh umat Islam, keharusan sejarah ini
sudah digambarkan oleh Rasullullah Muhammad SAW. Bahwa umat Islam ini
akan terbagi dalam 73 golongan, semuanya akan masuk ke neraka, kecuali
hanya satu golongan saja yang benar alias akan masuk surga. Akan tetapi
yang menjadi permasalahannya Rasul tidak menyebut golongan yang
manakah satu golongan yang benar itu, Beliau hanya mengatakan yang
benar adalah yang mengikuti Sunahku.Celakanya semua kelompok itu
mengaku sebagai kelompok yang paling benar dan semua kelompok itu juga
memakai dalil diatas sebagai rujukan dan semuanyapun mengaku sebagai
Ahlussunah Waljamaah dengan Argumentasi dan doktrin yang memukau
perasaan para pengikutnya.
Doktrin dan Ego kelompok ini yang menjadikan Islam yang begitu universal dan merupakan sebagai Rahmatan lil Alamin menjadi sempit, dan mengecil, serta tidak lagi menjadi Rahmatan Lil Alamin, akan tetapi menjadi Rahmatan Lil Kelompoknya masing-masing. Bahkan dalam sejarah, perpecahan umat ini sudah dimulai dari masa Khalifah Ali bin Abu Thalib, yang dikhianati oleh Muawiyah, sehingga umat Islam pada masa itu menjadi kelompok Syi’ah, Suni, dan khawaridj kemudian terus berkembang sampai saat ini.Bagaimana kita saat ini bisa mengaku yang paling benar, sedangkan di Zaman Khalifah Ali saja, dimana para Sahabat Rasullullah yang tangguh, tidak diragukan keimanannya, serta masih banyak yang hidup saja merasa kebingungan, apalagi kita dizaman ini, yang sangat jauh kualitas keimanannya dari para sahabat di zaman itu, jadi jangan merasa yang paling benar dan berani mengharamkan orang lain apalagi sesama Islam karena yang berhak menilai benar atau salahnya adalah Allah SWT, sedang terhadap orang kafir sekalipun kita tidak boleh memaki sembahan-sembahan mereka seperti tersebut dalam Al-Quran, surat AL-AN’AAM ayat 108 yang berbunyi : “Dan janganlah kamu memaki sembahan sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”.
2. Belum Bisa Memaknai Perbedaan Sebagai Sebuah Rahmat
Banyak diantara kita mungkin sesama umat Islam yang tidak bisa
menerima perbedaan sebagai sebuah rahmat, padahal Rasullullah SAW,
pernah berkata bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Bahkan kita semua
mengetahui bahwa kitab kita adalah Al-Quran yang satu yang berasal dari
Wahyu Allah SWT kepada Rasullullah SAW, tetapi dalam perkembangan
penafsirannya bisa mengalami perbedaan, ini terbukti dengan adanya
mazhab-mazhab dalam Islam yaitu Mazhab Hambali, Maliki, Syafi’I, dan
Hanafi.akan tetapi kita dapat melihat bahwa semua mazhab itu mempunyai
dasar pemikiran, latar belakang budaya dan sosial masing-masing, dan
pasti diyakini bahwa niat mereka adalah dengan sebaik mungkin dalam
rangka memberikan sebuah sumbangsih pemikiran terhadap kejayaan Islam
itu sendiri. Bisa kita bayangkan andai semua manusia mempunyai
pemikiran yang sama, pasti tidak akan terjadi kemajuan dan
perkembangan, bahkan manusia itu, bisa menjadi robot-robot berjalan.
Atau sekiranya Allah menjadikan bumi ini laut semua, tidak ada daratan,
gunung, pepohonan, bulan, bintang, matahari dan seluruh isi alam yang
ada ini, maka akan sengsaralah kita untuk memenuhi kebutuhan hidup,
karena itu semua memang dijadikan Allah SWT berbeda dan berpasangan ada
siang ada malam, ada laki-laki dan perempuan sebagai tanda-tanda
kebesaran Allah bagi manusia yang berfikir. Atau bisa kita bayangkan
guratan warna lukisan yang indah atau sebuah alunan musik merdu yang
menggetarkan jiwa, andai tidak ada perbedaan warna dari sebuah lukisan
yang indah, dalam artian Cuma satu warna misalnya merah semua, maka
akan panaslah mata kita melihat lukisan tersebut karena tidak ada
perpaduan warna lain, sehingga lukisan itu menjadi mentah, akan tetapi
lukisan itu menjadi indah karena ada perpaduan warna lain yang
menghiasi dan menyeimbangkan, misal warna hijau, kuning, biru, putih
dan lain sebagainya. Begitu juga sebuah alunan musik merdu yang dapat
menggetarkan jiwa pun, berasal dari nada-nada dasar yang
(do,re,mi,fa,sol,la,si,do) yang dipadukan menjadi satu sehingga kita
bisa mendengar sebuah alunan nada yang indah. Begitupun umat yang
berasal dari Kitab yang sama dan Rasul yang sama dia akan menjadi umat
yang terbaik dengan perbedaan tersebut (asal jangan berbeda dalam hal
akidah) apabila dapat memaknai perbedaan itu dengan baik, atas dasar
cinta dan kasih sayang maka akan jayalah umat ini dimasa yang akan
datang.
3. Hilangnya Prinsip Rahmatan Lil-Alamin, serta Prinsip Cinta dan Kasih Sayang
“Dan tidaklah Aku turunkan engkau (Rasullullah Muhammad SAW) di muka
bumi ini, melainkan sebagai Rahmatan Lil-Alamin”, ayat tersebut adalah
merupakan prinsip dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasullullah
Muhammad SAW, dimana memang Islam dengan Al-Quran sebagai kitab (pedoman
hidup) diturunkan sebagai penyelamat dan pembawa cahaya yang menerangi
bagi seluruh alam. Sehingga jangankan manusia, bahkan makhluk Allah
SWT yang lain pun yaitu; tumbuhan, hewan, bahkan Jin sekalipun dapat
merasakan indahnya Islam sebagai cara menjalani hidup yang benar
(penataan hidup) yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai khalifah
dimuka bumi. Prinsip cinta dan kasih sayang yang dicontohkan Rasullullah
Muhammad SAW bersama Sahabat-sahabat beliau dalam menyebarkan Islam
adalah cara yang amat menggugah hati dan menggetarkan jiwa para kaum
kafir qurais dimasa itu, sehingga tanpa paksaan dan dengan kesadaran
yang amat tulus, mereka yang membenci berbalik arah menjadi cinta bahkan
mau mengurbankan harta dan nyawanya untuk kejayaan Islam. Prinsip
Rahmatan Lil-Alamin dan Cinta Kasih pada sesama ini yang mungkin sudah
banyak dilupakan oleh para pendakwah Islam dewasa ini, yang selalu
mengedepankan bendera organisasi, kelompok, bahkan partai yang
berbasiskan Islam, hingga sekali lagi bisa dikatakan Islam menjadi
sempit dan terkotak-kotak dalam kelompok dan organisasinya
masing-masing. Bahkan antar sesama umat Islam yang berbeda kelompok,
saling menjatuhkan dan menjelekkan, hingga Rahmatan Lil-Alamin mengecil
maknanya menjadi Rahmatan Lil-Kelompoknya masing-masing.Cinta dan Kasih
Sayang pun tidak lagi menjadi ciri Islam tetapi hanya pada kelompok
masing-masing saja rasa itu ditebarkan, sementara terhadap kelompok lain
tidak ada cinta dan kasih sayang. Maka wajar saja apabila Islam kurang
menyentuh hati umat manusia saat ini, sebelum prinsip Rahmatan
Lil-Alamin dan kasih sayang menjadi pegangan dan ciri umat dalam
penyebarannya.
Mungkin tiga permasalahan diatas merupakan sebagian kecil dari
permasalahan-permasalahan umat yang ada saat ini, akan tetapi bisa
menjadi titik awal untuk memulai kembali kejayaan Islam dalam naungan
daulah khilafah dimasa yang akan datang, dengan tetap berpegang pada
Al-Quran dan Hadist, karena hanya dengan berpegang dengan Dua hal
tersebut (Al-Quran dan Hadist) kita semua akan selamat menjalani hidup,
serta dengan cinta dan kasih sayang mudah-mudahan hati kita bisa
menjadi lembut. Bahkan harus kita ketahui bersama, bahwa sifat Rahman
dan Rahim Allah SWT jugalah yang menjadikan bumi ini masih bisa kita
diami, karena kalau tidak dengan Rahman dan Rahim Allah niscaya telah
dihancurkanlah bumi ini, melihat kelakuan makhluknya yang ada di bumi
(Manusia) yang sudah sangat sombong dan selalu menentang Robbnya.Smoga selalu kita dalam Naungan Cinta Kasihnya..amin (by.abyyasha)
0 komentar:
Posting Komentar