Selasa, 13 November 2012

Haji Tidak Sekedar Slogan dan Simbol

 Ada Wihdah Dalam Ibadah Haji

Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Inilah semboyan negara kita, Republik Indonesia yang terus mendambakan persatuan dan persaudaraan antar sesama tanpa membedakan suku, bahasa, budaya, ras, dsb. Lalu apakah adalam agama Islam juga terdapat hal tersebut? Adakah penggalangan persaudaraan antar sesama?! Ingat, di setiap derap syariat Islam terdapat hikmah besar yang jelas tersirat dan tersurat di setiap sisi kehidupan manusia, namun begitu banyak manusia yang tak menyadari akan hal tersebut. 


Begitu banyak non muslim yang takut terhadap umat Islam, karena kekuatan kebersamaan, persatuan dan persaudaraan yang tumbuh di hati para muslimin. Bahkan salah seorang orientalis mengatakan bahwa persatuan dan persaudaraan dalam Islam terbangun atas dua rukun, yang mana kedua hal tersebut adalah asasnya, yaitu: haji ke baitullah dan khilafah.

Bulan Dzul Hijjah adalah salah satu bulan yang spesial untuk umat Islam, karena di dalam bulan tersebut terdapat suatu momen ibadah yang begitu besar yaitu Ibadah haji ke Baitullah. Ibadah haji, merupakan salah satu rukun Islam yang ke lima, wajib dikerjakan oleh setiap umat Islam yang mampu untuk itu, seperti yang telah dijelaskan dalam Al Quran:

ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا
 
"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali Imran: 97)

Dan juga disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad saw:


بني الاسلام على خمس:شهادة ألا إله إلا الله وأن محمد رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان

"Islam dibangun atas lima pokok: bersyahadat bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad saw adalah utusan-Nya, mendirikan sholat, membayar zakat, pergi haji ke baitullah, dan puasa pada bulan Ramadhan."

Nabi Muhammmad saw, pada tahun ke sembilan hijriyah mewajibkan umatnya untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci, Makkah Al Mukarromah. Hingga saat ini, tempat tersebut mampu menampung seluruh jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia, di tempat itu bercampurlah segala kriteria manusia, yang beraneka-ragam bahasanya, adatnya, jenisnya, warna kulitnya, rasnya, sukunya, dsb. namun tetap dalam satu keperayaan yaitu tauhidillah.

Haji merupakan pelatihan langsung akan dasar-dasar kemanusiaan yang tinggi & mulia. Sebagimana Islam menginginkan agar dasar-dasar Islam dan nilai sosialnya tidak hanya sekedar slogan dan seruan belaka, namun harus ada relasi yang kuat antara ibadah dan simbolnya, agar terpatri dalam hati dan akalnya, bahkan terpatri pula dalam gerak-gerik, dan tabiatnya, sehingga tercapailah tujuan utama dari syariat tersebut.

Sebagaimana yang kita ketahui, sholat jamaah mampu menumbuhkan makna persudaraan, persamaan dan kebebasan, begitu pula dalam pelaksanaan ibadah haji. Dalam ibadah tersebut tergambar jelas akan makna persamaan, dan persaudaraan. Lihat, bagimana para jamaah dari berbagai kalangan, mulai dari para bangsawan, pejabat, bahkan fakir miskin, berkumpul di satu tempat, tanpa ada perbedaan satu sama lainnya, menggunakan satu jenis baju sederhana, berwarna putih -agak condong seperti kafan mayit-, mereka berdiri (wuquf) di padang 'Arafat saling berdekatan, tak terasa miskin bagi yang miskin tak terasa kaya bagi yang kaya.

Pada zaman Jahiliyah, haji merupakan sebuah momen untuk membanggakan diri dengan nasab keturunannya. Ketika Rasulullah saw berdiri di hari Tasyriq, mendakwahkan dan menserukan agama Islam, beliau bersabda: "wahai sekalian manusia sesungguhnya Tuhanmu satu, dan nenek moyangmu satu, dan tidak ada orang arab yang lebih mulia di antara  orang non arab, dan tidak ada yang lebih utama di antara orang non arab dengan yang arab, dan juga orang kulit merah dan kulit putih, kecuali dengan taqwa…"

Dahulu kala, suku Quraisy di zaman jahiliyah, menganggap diri mereka paling baik dari seluruh bangsa Arab, mereka tidak mau wuquf di padang Arafat dengan yang lainnya, dan memilih wuquf di Muzdalifah, bahkan di haram, dan mereka berkata: "Kami adalah ahlullah di negaranya juga penghuni rumahnya", mereka juga berkata: "kami adalah hamas (sebutan untuk kaum Quraisy dan keturunannya, kaum Kananah, dan kaum Jadilah-Qis)." Mereka berkata demikian, tidak lain hanya untuk membedakan diri mereka dengan seluruh umat manusia, juga menjaga markaz jahili mereka dan lainnya yang mereka hayalkan dari ketinggian dan keistimewaan. Maka Allah SWT mendiskualifikasi perbedaan jahili tersebut dan memerintahkan mereka untuk mengerjakan seperti yang umat Islam lainnya kerjakan, Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah, ayat 199:

"Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dalam ibadah haji tidak ada perbedaan satu dengan lainnya, semuanya sama, rasa membanggakan diri terhapuskankan, baju kesombongan tertanggalkan, semuanya menuju satu niat, yaitu ibadah kepada Allah SWT. Begitulah, Allah SWT mengajarkan umat-Nya untuk terus membangun ukhuwah, mempererat pesatuan dan persaudaraan antar sesama, semua itu tidak lain agar tercipta ketentraman dalam kehidupan.

Wallahu a'lam bissowab
Semoga bermanfaat!


Oleh: Admin website Himmah fm

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution