Selasa, 15 Januari 2013

Orang Bijak Dan 1000 Keping Emas

Kisah Sebuah Cincin Emas

Jaman dahulu, di Mesir, hiduplah seorang bijak yang sangat tersohor bernama Zun-Nun. Ia adalah sosok yang sangat sederhana, dengan baju yang seadanya dan tak pernah tampil mewah namun sangat dihormati oleh banyak orang. Suatu hari, seorang pemuda datang kepadanya, "Guru, aku hendak bertanya. Mengapa banyak orang menghormati Anda padahal Anda tak punya banyak harta dan selalu berpakaian sederhana?"


Zun-Nun pun tertawa dan melepas sebuah cincin yang tak berkemilau dari tangannya. Cincin itu usang dan dekil, si pemuda berpikir mungkin cincin itu ditemukan di rongsokan oleh Zun-Nun. "Anak muda, sebelum aku menjawab pertanyaanmu, mohon lakukan sesuatu untukku. Pergilah ke pasar dan juallah cincin ini seharga sekeping emas pada orang-orang di sana," kata Zun-Nun. Tak berpikir panjang kemudian si pemuda pun pergi ke pasar. Di jalan ia menimang-nimang cincin tersebut dan berkata dalam hati, "mana ada yang mau membeli cincin jelek ini seharga sekeping emas?"

Dan benar pikirannya, setelah tiba di pasar tak satupun orang mau membelinya. Mereka bahkan mengatakan bahwa pemuda itu sudah gila, karena menjual cincin buruk rupa dengan harga yang tak masuk akal. Dengan geram si pemuda kembali pada Zun-Nun.

"Guru, semua orang menolak membeli cincin ini. Bahkan menurut mereka cincin ini tak lebih dari sekeping perak harganya," kata si pemuda menahan malu.

"Baiklah, anak muda. Sekarang coba bawa cincin ini ke toko emas di ujung jalan itu. Tanyakan saja berapa harga cincin ini, dan jangan menyebutkan harga penawaranmu pada mereka," kata Zun-Nun lagi. Kemudian, si pemuda itu pergi dengan hati geram. Ia berpikir pasti orang di toko emas akan menertawakannya.

Namun setelah si empunya toko emas melihat cincin dengan seksama. Matanya kemudian berbinar-binar. Senyum mengembang di wajahnya dan tersirat wajah ketakjuban. "Wahai pemuda, bahkan aku tak bisa menilai berapa harga yang pantas kuberikan untuk cincin ini. Ia sangat berharga sampai-sampai mulutku tak berani menyebutkan nilainya. Namun, jika kau berminat menjualnya, ijinkan aku menukarnya dengan 1000 keping emas." kata si empunya toko emas.

Sang pemudapun bergegas lari kembali menemui Zun-Nun. "Guru... guru... ada orang yang akan membeli cincinmu ini dengan 1000 keping emas!" serunya.

Zun-Nun tertawa terbahak-bahak. "Tidakkah kau menyadari bahwa aku sudah menjawab pertanyaanmu, anak muda. Mereka yang tak tahu berapa harga emas (orang-orang di pasar) menilai cincin itu dengan harga sangat rendah. Tetapi para pedagang emas dan berlian, tahu benar berapa nilai cincin ini dengan seksama. Mereka meneliti, melihat lagi cincin tersebut dan memastikan berapa nilainya. Tak sekedar hanya melihat tampangnya yang butut dan dekil ini. Banyak orang melihat sesuatu atau seseorang dari penampilannya saja, tetapi mereka tak benar-benar memeriksa kebaikan dan sikap yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Adalah hati yang bisa menilai dengan pasti, bukan mata.

Pesan Moral:
Dalam hidup ini sebagian dari kita mungkin secara sadar dan tidak sadar, langsung dan tidak langsung sering menilai orang lain istilah kerennya profiling. Penilaian itu bisa dengan penampilan luar  (untuk orang yang mungkin baru kita kenal dan teman-teman yang just say hello) bisa juga sahabat atau saudara yang mungkin setiap hari kita bertemu dan juga rekan-rekan kerja kita yang mungkin sudah bertahun-tahun berkomunikasi dengan kita. Bisa dibilang kisah di atas mengajari kita untuk jangan hanya menilai penampilan luar saja dari diri seseorang dan juga jangan selalu menilai negatif / curiga tentang diri seseorang karena kita mendengar tentang si A ini  dan itu. Sesuatu yang keluar dari hati akan menyentuh hati juga. Oleh karena itu biasakan untuk berpikir positif tentang apapun yang terjadi pada diri kita  karena apapunyang terjadi pada diri kita adalah yang terbaik menurut ALLAH SWT untuk kita.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS AL BAQARAH 216)

Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses waha sahabat Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.

Saya pribadi mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan di hati. terima kasih

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution