Menggapai Lailatul Qadr
Makna Lailatul Qadr
Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya al-Quran oleh Allah Ta'ala. Adapun tentang makna lailatul
qadr, ada beberapa pendapat para ulama.
Pertama: maknanya adalah malam keputusan; atau malam
penetapan. Dinamakan demikian karena pada malam itu Allah Ta'ala
menetapkan perintah-Nya yang Dia kehendaki, yang berupa kematian, ajal,
rezki dan lainnya sampai malam al-qadr tahun beriktunya. Ini pendapat
Ibnu Abbas, Ikrimah dan Sa'id bin Jubair.
Kedua: maknanya adalah malam kemuliaan. Dinamakan demikian
karena keagungannya, dan kemuliaannya. Ini pendapat az-Zuhri dan
lainnya. Ada juga yang mengatakan dinamakan demikian karena
perbuatan-perbuatan ketaatan pada malam itu memiliki nilai yang agung
dan pahala yang banyak. Abu Bakar al-Warraq berkata: "Dinamakan demikian
karena orang yang tidak punya kemuliaan dan keutamaan akan
mendapatkannya, jika dia menghidupkan malam tersebut." Ada juga yang
mengatakan dinamakan demikian karena pada malam itu Allah Ta'ala
menurunkan Kitab (al-Quran) yang memiliki kemuliaan, kepada Rasul
(Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam) yang memiliki kemuliaan. Pendapat
lain menyatakan, karena pada malam itu para malaikat yang memiliki
kemuliaan dan kepentingan turun ke bumi. Pendapat lain
menyatakan, karena pada malam itu Allah Ta'ala menurunkan kebaikan,
berkah dan ampunan.
Ketiga: maknanya adalah malam yang sempit. Dinamakan demikian
karena pada malam itu bumi sesak/sempit dengan para malaikat. Ini
dinyatakan oleh al-Khalil.
(Lihat semua keterangan di atas dalam Tafsir al-Qurthuby surat al-Qadr).
(Lihat semua keterangan di atas dalam Tafsir al-Qurthuby surat al-Qadr).
Keutamaannya
Cukuplah sebagai keutamaannya bahwa lailatul qadr itu lebih baik daripada seribu bulan. Allah berfirman (yang artinya):
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. al-Qadr 1-3).
Kebanyakan ahli tafsir menyatakan bahwa yang dimaksudkan adalah suatu
amalan yang dilakukan pada malam itu lebih baik daripada amalan yang
dilakukan seribu bulan yang tidak ada lailatul qadr padanya. Ini
dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, as-Syafi'i, dan lainnya. (Lihat Tafsir
Ibnu Katsir, al-Qurthuby, as-Sa'di dan lainnya dalam surat al-Qadr).
Oleh karena itulah lailatul qadr merupakan malam yang diberkahi. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):
"Haa Miim. Demi Kitab (al-Quran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah
yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang
penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya
Kami adalah yang mengutus rasul-rasul sebagai rahmat dari Rabb-mu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS ad-Dukhan 1-6).
Waktunya
Ada riwayat dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa
lailatul qadr terjadi pada malam Ramadhan ke 21, 23, 25, 27, 29 dan
akhir malam bulan Ramadhan. Pendapat terkuat waktunya adalah pada
malam-malam ganjil bulan Ramadhan. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir bulan
Ramadhan". (HR. Bukhari, Muslim no. 1169 dari 'Aisyah).
Dan memang ilmu tentang hal tersebut telah diambil oleh Allah dari
Nabi gara-gara kesalahan (yaitu pertengkaran) yang dilakukan oleh dua
laki-laki diantara ummmat beliau. 'Ubadah bin as-Shamit berkata: "Bahwa
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam keluar akan memberitahukan tentang
lailatul qadr, lalu ada dua laki-laki diantara kaum muslimin bertengkar
maka beliau bersabda:
"Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kalian tentang
lailatul qadr. Tetapi sesungguhnya si Fulan dan si Fulan bertengkar
sehingga diangkatlah (ilmu tentang waktu lailatul qadr). Namun
mudah-mudah hal itu lebih baik bagi kalian. Carilah lailatul qadr pada
malam tujuh, sembilan dan lima (yang terakhir)." (HR. al-Bukhari).
Menggapai Keutamaannya
Jika kita telah mengetahui hal-hal di atas, hendaklah kita
memperbanyak berbagai amalan ketaatan pada waktu-waktu di atas.
Amalan-amalan itu seperti shalat tarawih, membaca al-Quran, shadaqah,
dzikir berdoa dan lain-lain.
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Kebiasaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
jika telah masuk sepuluh akhir Ramadhan, beliau menghidupkan malamnya,
membangunkan isterinya, bersungguh-sungguh (beribadah) dan mengencangkan
sarungnya (tidak menggauli isterinya)." (HR. Bukhari dan Muslim 1174).
'Aisyah juga pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika aku
mengetahui waktu lailatul qadr, apa yang aku ucapkan di malam itu?"
Beliau menjawab:
"Ucapkanlah: Allaahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah daku)." (HR. Ibnu Majah dan at-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)
Tanda-tandanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitahukan
tanda-tanda lailatul qadr di dalam beberapa haditsnya, antara lain: Dari
Abu Hurairah dia berkata: "Kami memperbincangkan lailatul qadr di sisi
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda: "Siapa diantara kalian yang mengingat ketika bulan muncul, yang bulan itu seperti separuh
piring". (HSR. Muslim).
Al-Qadhi 'Iyadh berkata: "Padanya terdapat isyarat bahwa lailatul
qadr hanyalah akan terjadi pada akhir-akhir bulan, karena bulan tidak
akan demikian munculnya kecuali pada akhir-akhir bulan". (Sifat Shaum
Nabi, hal. 90).
Ubay bin Ka'b berkata: "Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui kapan
lailatul qadr itu, yaitu malam yang kami diperintahkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam untuk shalat padanya. Yaitu malam
yang besok paginya (adalah hari ke) dua puluh tujuh. Adapun tandanya
adalah matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan putih tidak
menyilaukan." (HSR. Muslim no. 762, Tirmidzi, Abu Dawud, al-Humaidi dan
lainnya).
Ibnu Abbas berkata: "Lailatul Qadr adalah malam yang lembut, sedang,
tidak panas, tidak dingin; matahari akan terbit pada pagi harinya dalam
keadaan lembut, merah". (HR. at-Thayalisi 349, Ibnu Khuzaimah dan
al-Bazzar dengan sanad yang hasan)
Bid'ah-bid'ah Seputar Lailatul Qadr
Kami sampaikan di sini beberapa contoh bid'ah yang berkaitan dengan
lailatul qadr; supaya kita tidak terjerumus di dalamnya. Bid'ah-bid'ah
itu antara lain:
- Shalat lailatul qadr. Yakni melakukan shalat khusus berkenaan dengan lailatul qadr. (Lihat Mu'jamul Bida' hal. 605 karya Syeikh Raid bin Shabri bin Abi 'Ulfah).
- Keyakinan malam pertengahan Ramadhan adalah malam lailatul qadr. (Lihat Mu'jamul Bida' hal. 605).
- Berkumpul di masjid-masjid untuk menyambut lailatul qadr; dengan mendendangkan qasidah-qasidah dan memukul rebana. (Lihat Mu'jamul Bida' hal. 605).
- Membuat shadaqah dengan makanan-makanan khusus (seperti nasi kuning, kue apem, dan lain-lain) pada malam ke-21 atau 29, lalu dibawa ke tempat kyai/penghulu untuk dido'akan.
Setelah kita mengetahui semua ini, marilah berlomba-lomba di dalam
kebaikan untuk meraih keutamaan lailatul qadr dan meninggalkan berbagai
bid'ah yang ada.
Wallahul Muwaffaq (semoga Allah memberi petunjuk dan bimbingan).by. freewebs
0 komentar:
Posting Komentar