Memetik Hikmah Dari Setiap Permasalahan
Manusia hidup di dunia tak larut dari
problematika, dan di setiap permasalahan pasti berada dalam dua pilihan:
adakalanya senang, dan adakalanya sedih; adakalanya baik, dan
adakalanya buruk. Seperti yang disebutkan dalam sebuah syair yang
berbunyi:
وكل نوع منهما قسمان سالم ثم غير سالم بنى
Allah menciptakan manusia dengan rangka
yang paling sempurna, disanding dengan makhluq-Nya yang lain. Suatu
kesempurnaan itu adalah akal pikiran, bahkan dengannya orang bisa
sukses, jika memenfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Banyak hal terjadi pada diri kita, tapi kita menganggapnya itu adalah hal yang pahit dirasakan. Padahal sebenarnya tidaklah Allah membiarkan hambaNya hidup tanpa rahamat-Nya. Jadi setiap perkara yang menimpa pada diri kita pasti terdapat hikmah yang sangat berharga.
Dalam hidup, kita harus punya prinsip yang teguh agar kita tidak mudah tergoyahkan oleh tipu daya setan dalam mengambil langkah suatu permasalahan. Manusia pasti melangkah diantara dua pilihan, jika ia pandai mengambil suatu hikmah dari setiap apa yang dia alami ia pasti akan mengambil langkah yang benar, namun jikalau ia orang yang sebaliknya tidak lain ia akan melangkah pada jalan yang tersesat.
Hal ini tersurat dalam kisah bermulanya Hari Raya Qurban atau yang sering di sebut dengan hari Idul Adlha. Dikisahkan bahwa Sayyidina Ibrohim as. bermimpi, bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih putra kandungnya yang sangat ia sayangi, yaitu Nabiyullah Isma’il as. dan pastinya perintah tersebut menjadi beban yang tak terkira, karena setiap orang tua pasti sangat menyayangi buah hatinya.
Namun pada akhirnya Nabi Ibrohim as. tetap menceritakan mimpinya kepada putranya, dan dengan kesabarannya Nabiyulloh Ismail as. tidak menolak, atau bahkan membangkang. Justru beliau menyerahkan diri untuk disembelih oleh orangtuanya sendiri atas perintah Allah swt. Sesampainya hari pengorbanan itu dilaksanakan ternyata Allah yang Maha Penyayang menggantikan Nabiyulloh Ismail as. dengan seekor kambing dari surga.
Subhanalloh… akhir dari permasalahan ini ternyata, hari ini dijadikan momen yang sangat terpenting dalam agama islam, bahkan hari ini adalah hari besar untuk umat Islam yang mana setiap negara yang menganut agama Islam pasti merayakannya dengan besar-besaran.
Di sisi lain, dalam menghadapi suatu masalah janganlah lupa untuk intropeksi diri atau muhasabatun nafsi, tidak melemparkan kesalahan pada orang lain, bahkan menjadi orang yang keras kepala. Sebab hasil dari keras kepala, akal dan hati seseorang tidak berfungsi lagi, yang bergerak hanyalah sifat egoisme. Biarpun ribuan orang memberi tahu kesalahannya, ia akan tetap membusungkan dada dan berkata: "saya benar dan saya pasti selalu benar” hingga nanti pada akhirnya ia bisa disadarkan dengan kehancuran dan penyesalan berat atas kesalahannya. Sebagai mana firman Allah swt dalam surat Al-Furqon: 63, yang menyatakan bahwa orang yang merendahkan diri adalah termasuk hamba Allah yang mendapat kemuliaan:
وعباد الرحمن الذين يمشون على الأرض هونا وإذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلاما
Jadi dalam setiap permasalahan,
seseorang harus menanggung sendiri atas kesalahannya seratus persen dan
bukanlah Tuhan yang bertanggung jawab, karena Tuhan telah membekali
manusia potensi kebaikan dan keburukan. Bekal tersebut diberikan murni
kepada manusia agar ia bertanggung jawab atas perbuatannya dengan
dominasi sikap dari apa yang telah ia perbuat. Sebagaiman firman Allah
swt:
فألهمها فجورها وتقواهاقد أفلح من زكاها وقد خاب من داساها
Sebaik-baiknya orang yang sedang
menghadapi suatu permasalahan adalah yang mampu mengambil suatu
pelajaran darinya, karena itu peluang untuk belajar dari kesalahan yang
telah dilakukan. Maka, sebaiknya seseorang itu mau untuk mengakui
kesalahannya dan menelitinya secara mendalam, karena kesalahan adalah
guru yang luar biasa, dan dengan mengenali suatu kesalahan ia akan
membantu menemukan jalan yang benar.
Dengan melihat pada orang-orang yang sukses, mereka adalah orang- orang yang mau mempelajari keslahannya dan mengambil hikmah yang terhimpun dalam problematika, layaknya orang yang mengumpulkan kembali keeping-keping yang telah berserakan kemudian memperhatikannya mengapa hal itu bisa terjadi. Dan hasil akhirnya ia memanfaatkan pelajaran tersebut sebagai pengetahuan yang baru.
Oleh: Imroatus Sholehah
(Mahasiswi, tingkat 4, fak.Dirosah Islamiyah, Universitas Al-Ahgaff Banat, Hadhramaut, Yaman)
0 komentar:
Posting Komentar