Jumat, 05 Juli 2013

Rotasi Kehidupan Manusia Berputar

Ujian dan Cobaan Allah

Hakikat Ujian Allah
Rotasi kehidupan manusia senantiasa berputar, terkadang manusia berada di punjang kejayaan, namun terkadang dia juga berada di bawah. Kadang manusia berjalan di atas jalan yang mulus hingga ke gerbang kesuksesan, dan terkadang manusia harus berhadapan dengan rintangan dan hadangan kehidupan.


Bagi seorang mukmin, rintangan dan halangan adalah ujian yang diberikan Allah dalam rangka menguji kualitas keimanannya. Karenanya, orang mukmin akan memahami bahwa di balik sebuah ujian akan ada kebaikan yang akan diperoleh. Allah SWT memberikan ujian dengan berbagai cara, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur'an QS. al-Baqarah ayat 155:


وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ


"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang sabar"

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia benar-benar akan memberikan ujian kepada setiap orang. Ujian-ujian itu adalah untuk menguji kesabaran hamba-Nya. Ujian yang diberikan Allah SWT berupa:

  • Ketakutan (al-Khauf)
    Khauf merupakan ujian yang ditimpakan oleh Allah berkaitan dengan adanya rasa ketakutan pada setiap diri manusia. Rasa takut biasanya berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan seseorang dimana keamanannya terancam. Ancaman yang datang mengakibatkan terjadinya rasa dimana seseorang merasa tidak nyaman, tidak tentram dan tidak tenang. Ancaman itu kadang datang dari orang lain, maupun datang dari dirinya sendiri.
    Rasa takut adalah rasa yang wajar dimiliki oleh seseorang, dan pada saat-saat tertentu khauf merupakan sesuatu keharusan, misalnya takut berbuat salah, takut maksiat dan sebagainya. Namun, kadang rasa takut itu adalah aspek yang tidak boleh ada, yaitu takut kepada makhluk Allah.
    Menghilangkan rasa takut hanya dapat dilakukan dengan cara mengembalikan segala sesuatunya kepada Penguasa Alam (Allah SWT). Hanya dengan cara demikianlah, seseorang akan mampu mengatasinya.
    فَلۡيَعۡبُدُواْ رَبَّ هَـٰذَا ٱلۡبَيۡتِ (٣) ٱلَّذِىٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٍ۬ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۭ (٤)

    "Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini [Ka'bah]. (3) Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.(4)"




    Dalam ayat lain Allah menggambarkan bahwa rasa takut juga menimpa mereka dari golongan aulia Allah, karenanya Allah meyakinkan bahwa mereka sebenarnya tidak perlu merasa khawatir tarhadap apapun, karena Allah telah melindungi mereka. Yang dimaksud para aulia itu adalah orang-orang yang menjaga keimanannya, dan hanya takut kepada Allah.


    أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (٦٢) ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَڪَانُواْ يَتَّقُونَ (٦٣) لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ‌ۚ لَا تَبۡدِيلَ لِڪَلِمَـٰتِ ٱللَّهِ‌ۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (٦٤) وَلَا يَحۡزُنكَ قَوۡلُهُمۡ‌ۘ إِنَّ ٱلۡعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا‌ۚ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ (٦٥)


    "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati. (62) [Yaitu] orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (63) Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan [dalam kehidupan] di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat [janji-janji] Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (64) Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (65)"

  • Kelaparan (al-Ju') al-Ju' adalah kondisi dimana secara fisik tubuh manusia tidak mendapatkan asupan yang semestinya secara berlebihan. Kelaparan biasa dikaitkan dengan tidak terpenuhinya asupan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh mausia dalam kapasitas yang sangat besar. Keadaan ini terjadi karena berbagai soal, karena tidak adanya sumber makanan dan minuman dan karena ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkannya karena rendahnya daya beli.
    al-Ju' sebagai ujian dari Tuhan dapat dipahami bukan sekedar rasa lapar biasa, akan tetapi pengertian kelaparan secara umum, yaitu kemiskinan, kemelaratan dan ketidakmampuan secara ekonomi. Dengan pemahaman ini, maka al-ju' juga mencakup aspek-aspek yang menyebabkan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu makan dan minum. Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi bahwa ada beberapa kondisi yang termasuk ke dalam bentuk 'al-ju', diantaranya:
    • kemiskinan dan kemelaratan;
    • pengangguran
    • kenaikan harga bahan pokok; dan sebagainya;
  • Kekurangan Harta, Jiwa dan Buah-buahan
    Setiap orang tentu berharap bahwa harta dan jiwanya terjaga dengan aman. Ia memiliki harta yang berlimbah dan jiwa yang segar bugar. Namun, tidak semua orang dapat menikmatinya sepanjang masa. Kadangkala seseorang kehilangan harta yang sangat dicintainya, kehilangan kekuatan tubuhnya karena sakit, dan seringkali investasinya tidak berbuah apa-apa bahkan cenderung menuju jurang kebangkrutan.

Menghadapi Ujian
Pada akhir ayat di atas, Allah menegaskan bahwa satu-satunya jalan terbaik dalam menghadapi ujian dan cobaan adalah dengan bersabar. Para ulama membagu sabar ke dalam tiga bentuk:

  • Sabar dalam taat kepada Allah;
  • Sabar dalam meninggalkan maksiat; dan
  • Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah.

Langkah sabar tersebut dimanefestasikan dalam kehidupan seseorang dengan meyakinai bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah jua.


ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)


"[yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". [2] (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)".



Dalam ayat tersebut Allah mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh seseorang ketika tertimpa musibah, yaitu dengan mengucapkan istirja.

Dalam ayat tersebut juga menjelaskan bahwa orang-orang yang bersabar akan mendapatkan hikmah terbesar di balik sebuah musibah, yaitu:

  • Pengampunan Allah;
  • Kasih sayang Allah;
  • Kesuksesan Hidup.

Dalam ayat yang lain Allah menegaskan bahwa Allah senantiasa menyertai orang-orang yang bersabar. Dan pahala bagi orang yang bersabar akan diberitan dengan tanpa batas.


قُلۡ يَـٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ‌ۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِى هَـٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٌ۬‌ۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٲسِعَةٌ‌ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ۬


"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas".



by. udinjuhrodin

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution