Selasa, 04 Agustus 2015

Enak ya Makan Bangkai Saudaramu

Enakkah Bangkai Saudaramu? 

“…ih sadis !, Masak sih ? “, mungkin itu komentarmu setelah membaca judul diatas. Eh… jangan salah, fenomena tersebut bisa dibilang hal yang wajar bagi anak Adam lho !. “ kok bisa ? “
Hal ini terjadi ketika kita udah nggak bisa ngontrol pembicaraan kita. “ Lalu apa hubungannya ? “


NGERUMPI

Kegiatan yang satu ini bisa dibilang kegiatan yang paling menarik dan murah. Karena asal kita udah ngumpul bareng teman, tetangga, rekan kerja, teman arisan, dan sobat laennya, yang namanya ngerumpi kebanyakan pasti menjadi acara favorit. Dan rasanya wagu dan kaku kalo nggak ngerumpi, iya tho ?. Dan sesuatu yang “wajib” ada didalam setiap rumpian adalah: membicarakan orang lain, entah kawan maupun lawan. Nggak percaya ?, silahkan survey…

EMANG NGGAK BOLEH ?

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
“Ghibah adalah engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu. Nabi ditanya : “ Bagaimana pendapat anda, jika hal itu memang benar ada padanya ? “. Nabi menjawab : Kalau memang sebenarnya begitu, berarti kamu telah meng – ghibah – inya. Tetapi jika apa yang kamu sebutkan itu tidak benar, maka berarti engkau telah berdusta atasnya ! “ (dari Abu Hurairah, riwayat Imam Muslim no. 2589)

Ghibah adalah kamu menyebutkan sesuatu yang ada pada orang lain, dimana seandainya ia tahu hal tersebut, maka ia akan membencinya. Sesuatu tersebut bisa berupa kekurangan pada fisik, nasab / keturunan, agama, tingkah laku, dan semacamnya. Ungkapannya bisa berupa perkataan yang jelas, ataupun tersamar, seperti isyarat perkataan, isyarat bibir, isyarat mata, raut muka, dan lainnya. Sedangkan orang yang dighibahi itu hadir diantara kita maupun tidak. Jadi ghibah (alias ngerumpi) tetep dilarang oleh agama Islam walaupun orangnya berada di antara kita.

BENTUK – BENTUK GHIBAH

Ghibah pada kekurangan badan / fisik. Contohnya, tatkala ghibah kita mengucapkan : “dia buta“, “dia tuli”, “dia juling”, “dia hitam”, “dia pendek”, dan semacamnya. (apalagi jika “dia juling, hitam, pendek, keriting !”)

Ghibah pada nasab / keturunan. Seperti : “dia dari kalangan rendahan”, “dia anak narapidana”, “dia keturunan maling”, dan semacamnya.

Ghibah pada akhlaq / perilaku. Contohnya : “dia pelit”, “dia sombong”, “dia suka marah”, dan sebagainya.

Ghibah pada agamanya. Seperti : “dia pendusta (kadzab)”, “dia pengkhianat”, dan semacamnya. Contoh no. 4 ini hampir sama dengan yang no. 3.

Ghibah tentang keduniaan. Seperti : “si A lebih baik dari si B”, “dia tukang tidur”, “dia tukang makan”, dan lainnya.

Dikatakan ghibah ketika kita meniru – niru orang lain (yang kita nggibahi). Seperti pura – pura pincang, pura – pura bicaranya sumbing, dan bentuk lainnya dalam rangka merendahkan orang tersebut.

CELAAN TERHADAP GHIBAH

Pelaku ghibah seperti orang yang memakan daging bangkai manusia yang telah mati, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa ta’ala :
“Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian lainnya. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati ?. Pasti kalian membencinya“ (Al Hujurat : 12)

Dalam ayat tersebut, kita dikatakan melakukan ghibah jika menyebutkan aib orang lain yang tidak ada dihadapan kita. Maka orang yang dighibahi tersebut diumpamakan mayat karena tidak mampu untuk membela diri, demikian halnya mayat yang tidak tahu bila daging tubuhnya telah dimakan. Seperti itulah keadaan orang dighibahi, yang tidak akan tahu jika dirinya telah dighibahi.

Oleh karena itu sungguh buruk perbuatan ghibah tersebut.

Celaan ghibah juga ada di dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika ‘Aisyah radhiyallhu ‘anha berkata kepada nabi :

“Cukup bagimu dari Shofiyah ini dan itu !” (sebagian rawi lainnya berkata) “Shofiyah pendek !“ Maka Nabi berkata: “Sungguh!, engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang seandainya kalimat yersebut dicampur dengan air laut, niscaya akan mengubahnya!“ (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Imam Ahmad) … yaitu mengubah rasa / baunya, karena saking busuk dan kotornya perkataan itu. Sehingga hukum ghibah adalah HARAM berdasarkan Al Qur’an, Hadits Shohih, serta ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.

BAGAIMANA DENGAN JULUKAN – JULUKAN JELEK ?

Jika orang yang dipanggil dengan julukan jelek tersebut tidak membencinya, alias mau – mau saja, maka hal tersebut bukanlah suatu ghibah yang diharamkan. TETAPI kita telah diingatkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla :
“Dan janganlah kalian saling panggil memanggil dengan julukan yang buruk“ (Al Hujurat : 11)
Maka panggillah teman kita, sahabat kita, saudara kita dengan panggilan/julukan yang baik, bukan malah seperti yang dilakukan sebagian orang yang merasa senang dan puas jika berhasil memberikan julukan aneh (cenderung jelek) lalu mempopulerkannya.

ADAKAH GHIBAH YANG DIBOLEHKAN ?

Jawabnya adalah : ada!

Ghibah dibolehkan ketika kita butuh dan harus membicarakan seseorang karena kebutuhan yang sangat penting (darurat). Misalnya, Ketika hendak menghentikan perbuatan dzalim seseorang. Tetapi kita tidak mampu secara langsung, maka kita melaporkan / mengghibahkan (kedzaliman / kejelekan / kemungkaran orang tersebut) kepada orang yang kita anggap mampu untuk menghentikannya (polisi, hakim / qadhi, dan lainnya).

Contoh lainnya tatkala dimintai pendapat oleh orang yang hendak menikahinya. Orang yang hendak menikah tentunya butuh informasi yang lengkap (tidak cuma kebaikan, tetapi juga kejelekan) calon istri / suaminya. Dan kita yang tahu informasi tersebut dibolehkan untuk menceritakannya.

Namun perlu diingat, pembolehan disini dalam keadaan darurat, dibolehkan seperlunya saja. Jika masalah telah selesai, maka harus segera dihentikan. Dan dikembalikan kepada hukum asal, yaitu haram.

BAGAIMANA KITA BERSIKAP

Tentu kita tidak ingin memakan daging bangkai saudara kita khan?. Makan daging bangkai hewan saja sudah jijik, apalagi manusia. Namun untuk terbebas dari ghibah ini sangatlah berat. Oleh karena itu kita harus menghindari suasana – suasana kondusif untuk berghibah ria, seperti kumpul – kumpul yang nggak jelas tujuan baiknya, kongkow – kongkow, dan semacamnya. Kemudian kesadaran dari diri kita untuk tidak ghibah perlu ditumbuhkan mulai sekarang dan terus dibiasakan. Insya Allah, hal yang kayaknya sudah mendarah daging alias mbalung sungsum tersebut dapat hilang dari diri kita. Amin


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution