Selasa, 04 Agustus 2015

Kebiasaan Buruk Wanita

10 Kebiasaan Buruk Wanita


Wanita adalah makhluk yang identik dengan keindahan dan kelembutan. Allah SWT menciptakan wanita sebagai mitra bagi laki-laki untuk bisa bersama-sama mencapai ridho-Nya dengan cara mengabdi sebaik mungkin kepadaNya.
Keridhoan Allah tentu tidak bisa kita capai hanya dengan cita-cita atau angan-angan belaka, melainkan tindakan nyata yang didasari keimanan. Keimanan akan melahirkan ketakwaan, dan ketakwaan tak lain adalah menjalankan segala perintah agama dan menjauhi segala larangannya.

Khusus untuk kaum perempuan ada beberapa kebiasaan tidak baik yang kerap membudaya di tengah-tengah mereka. Yang kadang tidak mereka sadari bahwa hal itu merupakan bentuk perilaku yang sebenarnya kontra terhadap nilai-nilai ketakwaan. Oleh karena itu, jika kita ingin mengoptimalkan ketakwaan, maka kita harus senantiasa menjauhi serta mewaspadainya. Sepuluh kebiasaan buruk itu adalah :
Pertama, kebiasaan gibah. Ghibah atau menggunjing kejelekan atau kesalahan orang merupakan larangan agama. Kebiasaan ngerumpi di antara kaum perempuan kerap menjebak mereka pada tindakan menggunjing orang. Ghibah bisa mengurangi pahala kebaikan seseorang dan pahala itu berpindah kepada orang yang digunjing. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa menggunjing orang sama saja dengan makan bangkai orang yang digunjing itu. Jika ngerumpi tak terhindarkan, maka hindarilah berbuat ghibah yang tak ada manfaatnya itu.
Kedua, hasut akan nikmat orang lain. Tak jauh berbeda dengan ghibah adalah sikap hasut. Bahkan ini lebih buruk lagi. Bagi kaum wanita, khususnya, tak perlu iri (dengki) dengan perhiasaan atau harta-benda milik tetangga atau orang lain. Hasut (dengki) bisa melenyapkan pahala amal baik bagaikan api yang melahap kayu bakar. Konon orang yang suka hasut sulit jadi penguasa. Salah satu tanda orang yang hasut adalah senang menghibah orang yang menerima nikmat. Yang pasti, hatinya tidak suka atau merasa sakit setiap melihat orang lain mendapat nikmat.
Alangkah baiknya jika perempuan memilih bekerja untuk memperoleh pemasukan yang lebih baik di samping pendapatan suaminya daripada kesana-kemari meneliti kekayaan orang lain. Hasut merupakan sifat orang-orang Yahudi dan munafik. Jika rasa iri itu berupa motivasi diri untuk bisa sama dengan orang lain boleh-boleh saja. Tetapi sakit hati kepada orang lain atas nikmat yang diterimanya itulah hasut. Apalagi jika ini sampai diwujudkan dalam tindakan makar terhadap orang yang dihasut., maka akan lebih berbahaya lagi. Biasanya sifat hasut timbul dari kesombongan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Iblis terhadap Nabi Adam AS.
Ketiga, kufur terhadap nikmat atau pemberian suami. Tidak sedikit perempuan yang terjebak dalam sikap ini. Panas setahun seolah hilang oleh hujan sehari. Bertahun-tahun suami memberi nafkah dan lain-lain, namun di suatu saat ketika istri meminta sesuatu dan suaminya tak sanggup memenuhi, maka si perempuan cenderung berkata bahwa suaminya tak pernah memberinya apapun. Sikap demikian itu yang menjadikan mereka penuh dengan kaum perempuan melebihi laki-laki. Tidak sedikit perempuan yang terjebak pada sikap lebih bisa melihat kekurangan suami daripada pemberian yang telah diterimanya. Itu bertentangan dengan nilai ketakwaan.
Keempat, suka kelayap atau keluyuran. Perempuan beda dengan laki-laki. Begitu pula resiko-resiko rentan yang ditanggungnya. Perempuan lebih baik tinggal di rumah, tidak sering keluar rumah apalagi ngelayap. Islam tidak melarang perempuan mencari nafkah asal tidak beresiko membahayakan keselamatan dan kehormatannya. Karena itulah Islam membebankan kewajiban mencari nafkah atas kaum laki-laki. Begitu pula dengan jihad di jalan Allah. Jika perempuan keluar rumah, apalagi dalam usia-usia disyahwati laki-laki, maka setan mengepungnya dari segala arah. Imej perempuan yang suka keluyuran juga jauh dari kategori perempuan bertakwa atau soleha.
Kelima, suka pamer. Jika pamer amal baik saja sudah termasuk tidak terpuji, lantas bagaimana dengan pamer kemolekan, perhiasaan apalagi aurat? Tentu akan lebih tercela lagi. Semua itu merupakan perilaku Jahiliyah. Suka pamer yang dilakukan kaum perempuan bisa memancing setan untuk bereaksi, baik setan yang kasat mata maupun setan yang tak kasat mata. Perempuan soleha bukanlah komoditas publik melainkan pendamping suami dan penghias rumah tangga. Wanita soleha tidak akan suka pamer.
Akan lebih bermanfaat waktu yang dimiliki oleh kaum perempuan digunakan untuk hal-hal positif, seperti mendalami ilmu, mengajar dan mendidik anak-anaknya dengan telaten. Doa anak yang soleh akan menjadi amal jariyah yang tak akan putus pahalanya meski seseorang sudah meninggal dunia. Ilmu yang pernah diajarkan juga akan terus mengalirkan pahala yang berkesinambungan (jariyah) baginya tanpa mengurangi pahala orang lain yang meneruskan penyampaian ilmu tadi.
Keenam, latah pada tren. Ini memang bagian dari penyakit wanita modern dan umum kita saksikan. Gaya hidup konsumtif sampai pada budaya mengikuti tren berpakaian yang berujung pada sikap suka pamer, kerap menjadi karakter perempuan. Jika tren itu negatif, maka tak ada alasan  bagi wanita yang ingin menjaga kesalehannya untuk latah ikut-ikutan. Sebagai contoh adalah mengikuti tren punya teman curhat cowok lain selain suami, tren pergaulan bebas, hingga perselingkuhan. Sungguh ironis jika ini sampai menjadi sebuah tren, asal baik dan bermanfaat. Tren itu pengajian, atau tren berbusana muslim.
Ketujuh, suka buka rahasia. Yang namanya rahasia mestinya tidak boleh dibuka. Jika sudah dibuka, maka bukan rahasia lagi namanya meski hanya kepada satu orang. Jika perasaan seseorang sudah tidak kuat menjaga rahasia yang dititipkan kepadanya, maka jangan harap orang lain bisa menjaga rahasia yang dia buka kepadanya. Barangsiapa menutupi kejelekan saudaranya di dunia, maka Allah akan menutupi kejelekannya kelak di hari kiamat. Membuka rahasia hukumnya dosa. Perempuan rentan terjebak dalam tindakan buka rahasia karena momen-momen seperti ngerumpi.
Kedelapan, bersuara keras. Jika perempuan adalah makhluk yang identik dengan kelembutan, maka mengeluarkan suara keras sudah tentu merupakan hal yang tidak pas. Apalagi  kebiasaan suka tertawa terbahak-bahak. Hal itu dapat menimbulkan penilaian publik yang kurang baik atas dirinya. Sebagian ulama mengatakan bahwa suara perempuan yang merdu juga merupakan aurat. Karenanya, maka perempuan tidak disunnahkan mengeraskan atau menjelaskan suaranya dalam sholat berjamaah, berbeda dengan laki-laki. Ini sama sekali bukan diskriminasi, melainkan perlindungan bagi kepantasan kaum perempuan sendiri. Kelemah-lembutan sang istri akan menambah kecintaan suami.
Kesembilan, hobi berkhayal. Gaya hidup konsumtif sering mempengaruhi mental, khususnya mental kaum perempuan untuk selalu tidak ketinggalan dengan perkembangan tren yang ada. Jika modal ada, ia bisa merealisasikannya. Tetapi jika kebetulan modal belum ada, maka yang muncul hanya khalayan dan angan-angan belaka. Wanita seperti ini, tidak berpikir bagaimana agar ibadahnya lebih istiqomah dan lebih baik, melainkan bagaimana dia segera punya barang ini dan itu. Jika seorang suami tak mampu menjadi penegak rumah tangga yang baik (qawwam), maka ia bisa saja terjebak pada tindakan kriminal seperti korupsi karena memaksakan kehendak menuruti angan-angan dan keinginan istrinya yang tidak realistis dengan kemampuan ekonominya.
Kesepuluh, bertingkah seperti pelacur. Ini juga bisa menjauhkan perempuan dari kategori saleha. Sebagai contoh adalah kegemaran girang jika bertemu laki-laki lain selain suaminya. Tentu lebih hebat lagi jika ini sampai membuka pintu perselingkuhan dengan laki-laki lain. Juga kegemaran memamerkan kemolekan agar digoda atau mendapat perhatian laki-laki lain, atau merasa senang jika banyak mata lelaki memandang dan menikmati penampilan dan dandanannya.   


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution