Rabu, 12 Juni 2013

Korupsi Merajalela Karena Dianggap Biasakah?

Konsep Islam Mengikis Korupsi

Korupsi, adalah masalah yang tidak asing bagi bangsa Indonesia. Karena hampir setiap hari berita-berita menayangkan tindak pidana ini. Pada dasarnya korupsi, di samping dilarang negara, juga dilarang oleh agama. Maka, orang yang melakukan korupsi, berarti melanggar ajaran agama sekaligus melanggar tatanan kehidupan bernegara. 

Apa penyebab dan pemicu terjadinya korupsi ini ? 



Pertama, karena ada kesempatan. Karena ada kesempatan inilah kemudian si koruptor bisa merekayasa, memanipulasi data, mencari celah untuk menyelewengkan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. 

Kedua, tekanan. Baik tekanan dari diri sendiri, ambisi untuk memiliki harta yang banyak. Tekanan dari keluarga yang ingin memiliki harta benda banyak, agar keluarganya terpandang, bergengsi. Bisa juga tekanan itu berasal dari jenjang struktural di atasnya. Karena ditekan oleh atasannya yang tanpa mampu dia hindarkan, maka dapat pula terjadinya korupsi. Ketiga, rasionalisism (kebiasaan). Kita ketahui, bahwa tidak hanya satu instansi saja yang korupsi, tetapi sudah marak di instansi manapun terjadi kosupsi di negeri ini. Seolah sudah menjadi kewajaran, seolah sudah menjadi kebiasaan. Akibatnya, orang yang korupsi sudah tidak malu lagi, sehingga mengakibatkan korupsi merajalela karena dianggap wajar, dianggap biasa.

Terkait kondisi yang sedemikian parahnya itu, mungkin perlu kita renungkan sabda Rasulullah SAW : “Tidak akan mencuri ketika dia beriman, dan di saat dia mencuri imannya lepas. Dan tidak pula orang itu yang berzina ketika dia beriman, dan di saat berzina imannya lepas. Karena itulah Islam tidak menghendaki korupsi. Islam hadir untuk menjadikan hamba Allah yang bersih baik lahir maupun batin, bersih fikiran maupun bersih pekerjaan dari hal-hal yang negatif. Islam mempunyai konsep, agar umat Islam terhindar dan tidak terjebak dalam lingkaran korupsi. Islam mengajarkan untuk mencari harta dengan cara halal dan baik. Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah 168, yang maknanya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Pertama, Islam mengajarkan untuk memulai sesuatu dengan niat yang tulus, ikhlas karena Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah al Bayyinah :5 yang maknanya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Allah berfirman pula al-Haj: 37: maknanya : Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. Rasulullah SAW bersabda :"Sesungguhnya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu untuk harta dunia yang hendak diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang hendak dikahwininya, maka hijrahnyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu."

Kedua, diajarkan bagi umat Islam untuk memiliki sifat ridha (menerima apapun ketentuan Allah). Karena Allah Maha Adil, Maha Kasih Sayang, Maha Pemurah, tidak satu makhluk pun yang di dholimiNya. Semua diberi perangkat oleh Allah SWT dengan sempurna, diberi akal, diberi perasaan, diberi kemauan, dan diberi himmah-himmah yang lain. Yang semua itu bertujuan untuk manusia menjalani hidup di dunia, dengan catatan sesuai dengan tuntunan dan ajaran yang diridhohi Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia dengan strata kehidupan yang berbeda-beda, ada yang kaya, ada pula yang miskin, ada pejabat ada bawahan. Di mana keduanya bisa saling mengisi dan saling membutuhkan. Karena itu, ketika kita menempati di manapun, harus kita sadari bahwa semua itu merupakan karunia dari Allah SWT. Kita harus ridha atas qadar dan qadha’nya Allah SWT. Karena dalam memberikan apapun kepada hambaNya, Allah SWT mendahulukan kasih sayangNya, daripada murkaNya. Jika apapun yang kita terima kita sukuri, maka dampaknya kita akan merasa senang, dan bahagia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

Ketiga, mengendalikan hawa nafsu terhadap harta. Menuruti hawa nafsu tidak ada puasnya. Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf : 53 maknanya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Allah SWT menganugerahkan nafsu sebagai modal kehidupan, dan harus kita kendalikan, kita arahkan agar tidak keluar dari jalur keridhaan Allah SWT. Semoga kita bisa mendapat bimbingan Allah SWT mampu mengendalikan nafsu, sehingga terhidar dari korupsi dengan bermacam-macam bentuknya. 


 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution