Hanya Orang Beriman yang Bangun Pagi
Siapa yang sanggup tersenyum di pagi
hari ia akan tersenyum sepanjang hari.
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah, akan bangun pagi, karena
ia punya janji pada nuraninya sendiri untuk menghadap Allah dengan
shalat Subuh.
Sebelum ayam berkokok membelah kesunyian di akhir malam,
sebelum burung-burung berkicau dan meninggalkan sarang, sebelum matahari
memperlihatkan wajahnya di ufuk timur, orang yang beriman akan bangun
terlebih dahulu.
Sebagai khalifah, seorang mukmin lebih mulia dari semua makhluk.
Ketika azan berkumandang dari menara masjid, dia akan melepas
selimutnya. Ia sadar, azan itu panggilan kebahagiaan abadi yang akan
mempertemukan dirinya dengan Al-Khalik; pertemuan indah antara yang
dicipta dan Sang Pencipta. Sebuah pencerahan bagi ''dunia dalam''
(rohani). Rohani yang tidak ingin kalah benderang dari matahari, dan
suara nurani yang tidak ingin kalah merdunya dari kokok ayam jantan dan
kicauan burung-burung.
Pada saat itu akan tampak orang beriman secara fitri menunjukkan
dirinya ingin selalu tetap (bertahan) dalam kondisi ahsanu taqwim,
sebaik-baik bentuk ciptaan Allah. Ia berwudlu untuk menyucikan
bagian-bagian penting dari tubuhnya. Ini dilakukan dengan niat karena
Allah: yakni menyucikan jasmani dengan dasar kesadaran rohani, lahir,
dan batin menjadi kesatuan yang utuh.
Kemudian shalat Subuh dilaksanakan. Menghadap Allah pada akhir malam,
sebelum siang datang. Shalat yang khusyuk akan melonggarkan seluruh
cakrawala rohani, sehingga napas kehidupan akan terasa indah dan
menyegarkan, seperti segarnya udara pagi. Sesudah shalat Subuh, dengan
hati dan pikiran yang mantap ia siap menghadapi tuntutan hidup dengan
bibir dan jiwa yang tersenyum.
Bukankah pepatah mengatakan: siapa yang sanggup tersenyum di pagi
hari ia akan tersenyum sepanjang hari. Segenap gerakan, olah pikir, dan
kucuran keringat akan menjadi bagian dari senyuman. Itulah vitalitas
yang bisa ditimba dari hikmah bangun pagi dan shalat Subuh. Nabi
Muhammad saw pernah bersabda, ''Apabila kamu selesai mengerjakan shalat
fajar (Subuh), maka janganlah kamu tidur (lantaran malas untuk mencari
rezekimu).'' (HR Thabarani)
Malas adalah penyakit yang sangat berbahaya, karena membuat orang
suka melalaikan tugas hidupnya. Padahal, hidup ini adalah perjuangan
mengisi umur dengan amal saleh. Kemalasan dan kelalaian akan
mengakibatkan kerugian besar.
Berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup, harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan niat karena Allah. Seorang Mukmin yang sehat rohani
dan jasmaninya tak boleh menjadi beban bagi orang lain. Malas, lalai,
serta tidak rajin bekerja, harus diperangi dengan sikap dan semangat
yang kuat untuk berbakti kepada Allah. Karena, Allah menyenangi orang
yang senang beramal dan bekerja keras.
Orang yang bersemangat dalam bekerja berarti menyelaraskan diri
dengan perintah Allah. Dengan demikian, hikmah shalat Subuh yang
dikerjakan tepat waktu, dan anjuran Rasulullah saw untuk tidak tidur
lagi sesudah subuh, menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai kerja
keras.
Dengan shalat Subuh, setiap Mukmin bisa memetik semangat
sebagaimana semangat hidupnya Rasulullah SAW.
0 komentar:
Posting Komentar