Kita Terlalu Pandai Berprasangka
Manusia lebih sering berprasangka, karena mereka hanya dapat melihat
apa yang terlihat oleh mata. Mereka tak dapat melihat apa yang diungkap
oleh hati dan itulah keterbatasan manusia. Namun keterbatasan itulah
yang justru membuatnya banyak berprasangka kepada manusia yang lainnya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang berkata kasar adalah
orang jahat. Padahal, bisa jadi ia adalah orang yang sangat lembut
hatinya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tak memakai jilbab
adalah orang yang paling ingkar. Padahal, bisa jadi hatinya berteriak
ingin menutup aurat, hanya kesempatan dan keberanian yang belum ia
dapatkan.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tidak pernah
tersenyum adalah orang yang paling cuek. Padahal, bisa jadi ia adalah
orang yang paling peduli dalam diamnya. Hanya saja kita tak tahu
bagaimana ia mengutarakan kepeduliannya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang pandai bermaksiat
akan masuk neraka. Padahal, bisa jadi ia lebih dulu masuk surga karena
tangisan taubatnya.
Kita lebih sering berprasangka kepada orang lain, hingga lupa untuk
berprasangka kepada diri yang lebih sering alpa. Allah ciptakan hati
agar kita pandai merasa, pandai berpikir positif kepada orang lain.
Namun sayang, kita lebih sering menggunakannya untuk berprasangka buruk.
Kita lebih sering menilai seseorang dari luarnya tanpa kita tahu
lebih dalam tentang orang tersebut. Kita tak berhak untuk menilai
seseorang itu baik atau buruk, karena pada hakikatnya hanya Allah-lah
yang berhak menilai manusia itu baik atau buruk.
0 komentar:
Posting Komentar