Hati Yang Buta
Alhamdulillah. Semoga Alloh Yang Maha Menatap, Yang Mengurus diri
kita setiap saat, senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada
kita, sehingga kita selalu menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya
persinggahan semata,dan bahwa akhiratlah tempat yang kehidupan yang
sejati. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi
Muhammad Saw.
Syaikh Ibnu Atho’illah, semoga Alloh ridho kepadanya, menerangkan, “Keajaiban
yang sangat mengherankan terhadap orang yang lari dari apa yang sangat
dibutuhkan, dan tidak dapat lepas daripadanya. Dan berusaha mencari apa
yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta,
tetapi yang buta ialah mata hati yang ada di dalam dada.”
Saudaraku
, kita sering merasa prihatin, kasihan, kepada orang yang matanya tidak
bisa melihat (tuna netra). Padahal tidak bisa melihat dunia sebenarnya
bukan masalah besar. Masalah yang besar itu adalah ketika hati yang
buta. Apa hati yang buta itu? Yakni hati yang tidak bisa melihat
kebenaran.
Salah satu ciri hati yang buta adalah tidak bisa
membedakan mana yang kekal, dan mana yang fana. Kebutaan hati akan
membuat seseorang tidak mengenal Alloh. Yang dikenalnya hanyalah dunia.
Sehingga, orang yang mata hatinya buta, dia lebih sibuk mencari duniawi
dibanding kedudukan di sisi Alloh.
Lihatlah para pecinta dunia.
Mereka rela berkelahi,s aling sikut satu sama lain dengan mengorbankan
waktu, pikiran, tenaga, menghalalkan berbagai macam cara hanya demi
memburu perhiasan dunia. Padahal segala perhiasan dunia itu pasti akan
ia tinggalkan.
Sekaya raya apapun seseorang, tetap akan
meninggalkan apa yang ia miliki. Rumah megah, kekayaan berlimpah,
kedudukan terhormat, pangkat dan jabatan yang tinggi, semuanya akan ia
tinggalkan. Para pecinta dunia, mereka tidak bisa melihat sesuatu yang
lebih indah, lebih besar, lebih agung, selain daripada hiruk pikuk
duniawi.
Alloh Swt. berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya
janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir [35] : 5).
Jadi,
jikalau kita terlalu terkesima oleh dunia, berarti kita rentan untuk
tertipu. Namun, apakah dunia harus kita acuhkan? Tentu tidak, karena
dunia ini merupakan ladang kita untuk beramal. Dunia adalah tempat kita
untuk menanam amal sholeh, yang hasilnya kelak akan kita petik baik
semasih di dunia maupun di akhirat.
Bukan tidak boleh kaya raya,
bukan tabu punya pangkat jabatan tinggi, juga tidak haram punya
kedudukan yang terhormat. Namun, semua itu menjadi salah manakala
membuat kita malah menjauh dari Alloh Swt. dan melupakan akhirat. Semua
perhiasan dunia semestinya bisa kita jadikan sarana untuk beribadah
kepada Alloh Swt. Dan ini tidak bisa dilakukan oleh hati yang buta.
Hati
yang buta adalah disebabkan kemaksiatan dan dosa-dosa yang
terus-menerus kita lakukan. Hati yang buta adalah akibat dari dosa yang
tidak kita taubati dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dampaknya, ia
tidak bisa melihat cahaya kebenaran, ia akan tersesat dalam kehidupan
dan celaka pada hari kemudian.
Semoga kita tidak termasuk
orang-orang yang buta hati. Kita memohon kepada Alloh Swt. agar
senantiasa diberi petunjuk untuk selalu menjaga diri kita dari berbagai
perbuatan yang bisa membutakan mata hati.
Wallahu a’lam bishowab.
0 komentar:
Posting Komentar