Menjelajah Makna Ihsan
Sikap ihsan harus ditampilkan setiap Muslim
pada semua aktivitas.
Istilah ihsan secara bahasa berarti baik dan berbuat baik. Istilah
ini muncul dalam Alquran dan hadis beberapa kali untuk menunjukkan
beberapa makna yang sekaligus menggambarkan bentuk-bentuk sikap ihsan
yang perlu ditampilkan Muslim dalam kehidupan.
Pertama, ihsan adalah memberikan nikmat atau sesuatu yang disenangi
kepada orang lain. Banyak ayat Alquran dan hadis yang mendorong umat
Islam memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Bahkan, pemberian
itu dipandang sebagai tolok ukur kesempurnaan iman seseorang.
Kedua, berbuat baik dan menyebarkan kebaikan. Sikap ini lahir karena
pelakunya menyadari bahwa perbuatan itu baik dan diperintahkan agama
untuk dilakukan. Dalam hal ini, lahirnya sikap ihsan sangat didukung
oleh pengetahuan seseorang tentang kebaikan.
Umar ibn Khattab pernah mengungkapkan, ''Manusia dipandang dan
dinilai karena pengetahuannya tentang kebaikan dan konsistensinya
melakukan perbuatan baik sesuai dengan pengetahuan tersebut.''
Ketiga, berbuat baik karena seseorang memahami bahwa perbuatan
tersebut akan dibalas Allah dengan yang lebih baik, di dunia maupun di
akhirat. Perbuatan baik seseorang tidak akan disia-siakan Allah,
meskipun sedikit jumlahnya.
Keempat, ihsan lebih tinggi dari berlaku adil. Seseorang disebut adil
apabila melaksanakan kewajibannya, lalu ia menerima haknya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ihsan juga berarti melakukan pekerjaan
melebihi dari yang diwajibkan dengan tidak melanggar aturan dan
mengambil atau menerima hak kurang dari yang telah ditentukan. Jadi,
orang yang ihsan tidak pernah mengambil hak orang lain. Ia bahkan masih
menyisakan haknya demi kemaslahatan orang lain.
Dalam ibadah, sikap ihsan terwujud manakala tidak hanya berhenti pada
pelaksanaan ibadah wajib, tetapi juga melakukan yang sunah. Ihsan dalam
shalat dibuktikan dengan melaksanakan shalat-shalat sunat di samping
yang wajib, seperti tahajud dan dhuha.
Ihsan dalam puasa terwujud apabila bukan hanya melakukan puasa
Ramadhan, tetapi juga membiasakan puasa sunat, seperti puasa Senin dan
Kamis. Ihsan dalam harta, bila tidak hanya menunaikan zakat mal, tetapi
juga memberikan sedekah dan infak untuk kepentingan agama dan
kemaslahatan umum.
Di samping itu, ihsan dalam ibadah terwujud bila pelaksanaannya tidak
semata-mata memenuhi rukun dan syarat, tetapi dilaksanakan dengan yang
terbaik dan ikhlas kepada Allah.
Ihsan diwujudkan pula dengan menghayati hakikat ibadah, baik ketika
pelaksanaannya maupun sesudahnya. Misalnya, ihsan dalam shalat baru
terpenuhi bila seseorang mampu ikhlas, khusuk, dan mengikutsertakan
dirinya lahir dan batin dalam shalat. Dalam kondisi ini, seseorang dapat
merasakan kehadiran Allah ketika shalatnya.
Dalam makna lebih luas, sikap ihsan harus ditampilkan setiap Muslim
pada semua aktivitas. Ini diwujudkan dengan berusaha melakukan yang
terbaik dan menjadi yang terbaik dalam setiap aktivitas dengan tidak
mengabaikan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar