Menenangkan Hati dengan Tahajud
Allah SWT berfirman, ''Dan pada sebagian malam hari
bershalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.''
(Al-Israa': 79).
Firman Allah ini merupakan salah satu dasar disyariatkannya shalat
Tahajud. Dengan begitu, shalat Tahajud sangat dianjurkan dalam Islam.
Bahkan, shalat Tahajud menduduki posisi kedua setelah shalat wajib.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Shalat yang manakah
yang paling utama setelah shalat wajib?'' Rasulullah SAW menjawab,
''Shalat Tahajud!'' (HR Muslim).
Tahajud berarti bangun dari tidur. Dengan demikian, shalat Tahajud
adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah
tidur terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar.
Shalat Tahajud yang dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan
manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti,
serta suasana begitu hening, sunyi, dan tenang, sangat menunjang
konsentrasi seseorang yang akan mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah
SWT. Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal,
yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh psikis atau batin manusia
yang melakukan shalat Tahajud.
Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang
melakukan shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.
Sebab, dalam shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat
Allah). Ini sebagaimana firman Allah SWT, ''(yaitu) Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.''
(Ar-Ra'd: 28).
Dalam hal ini terdapat rumusan hukum imbasan atau sebab akibat
(kausalitas). Yakni, bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan
tenteram, maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Mahatenang dan
Mahatenteram, agar sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.
Dengan demikian, shalat Tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas akan
mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang. Allah
SWT berfirman, ''Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
shalat) di malam hari.'' (Al-Muzammil: 1-2).
Kata berselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan
dengan orang yang sedang dirundung masalah: Kegelisahan, kecemasan,
kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi berbagai kemungkinan yang
menimpanya. Sebab, ayat tadi turun setelah Rasulullah SAW mulai
mendapatkan olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy.
Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem
kehidupan. Rasulullah SAW bersabda, ''Kalian harus mengerjakan shalat
malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, jalan untuk
mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta
penangkal penyakit dari badan.'' (HR Tirmidzi).
Wallahu a'lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar