Para Ibu, di Manakah Kini Peranmu?
Era modern memaksa para wanita menuntut perlakuan yang sama dengan
kaum pria. Kesamaan tersebut meliputi hak-hak sosial dalam masyarakat,
termasuk di antaranya ialah hak bekerja dan mendapatkan posisi atau
jabatan dalam suatu lingkungan kerja. Wanita yang pada waktu lampau
hanya berfungsi sebagai pengelola rumah tangga kini sangat memungkinkan
untuk menjadi pekerja maupun pemimpin, yang semula hanya dapat dijalani
oleh kaum adam.
Perubahan fenomena tersebut memang memiliki banyak dampak positif bagi kehidupan para wanita. Gambaran wanita sebagai ibu rumah tangga tak berdaya yang hanya menghabiskan waktu dengan mengurus rumah dan mengasuh anak sudah tidak zaman lagi. Sebaliknya, figur seorang wanita dengan karir yang cemerlang, pekerjaan mapan, dan hidup penuh kemandirianlah yang kini didamba-dambakan oleh kaum perempuan.
Berharap akan persamaan hak dengan kaum lelaki memang sah-sah saja. Terlebih, tidak ada aturan yang melarang wanita untuk bekerja. Akan tetapi, wanita tetaplah wanita. Tugas seorang wanita dalam rumah tangga tetap saja menjadi beban yang harus dipikulnya, di luar kecemerlangan karir dalam dunia kerja. Beberapa pekerjaan rumah bisa saja dilimpahkan kepada asisten rumah tangga. Bagaimana halnya dengan pengasuhan anak? Dapatkah hal serupa dilakukan?
Anak adalah manusia, bukan benda yang dapat kita pindahkan dari satu tangan ke tangan lain. Sebagai seorang ibu, kita tidak hanya berkewajiban melahirkannya ke dunia. Ada beberapa kebutuhan dasar anak yang hanya dapat ia peroleh dari ibunya. Lalu, sudahkah kita penuhi hak-hak anak atas diri kita?
Hak alamiah
Satu kebutuhan alamiah anak yang tidak bisa ditawar adalah kebutuhan akan air susu ibu atau ASI. ASI adalah karunia terbesar dari Tuhan untuk para wanita yang diberi kesempatan untuk melahirkan generasi penerusnya. ASI mengandung nutrisi yang diperlukan anak, nutrisi yang tidak pernah tergantikan oleh makanan lain di muka bumi. Ketika Anda para wanita memutuskan untuk bekerja, siapkah Anda memenuhi hak anak yang paling mendasar ini di sela-sela kesibukan Anda?
Beberapa wanita karir yang telah menyadari akan pentingnya ASI memang memiliki solusi untuk permasalahan ini. Proses E-ping (Exclusive pumping) alias memompa ASI, memindahkannya ke dalam botol, lalu menyimpannya di dalam lemari pendingin, kemudian menjadi alternatif bagi para ibu yang masih ingin bekerja, namun tetap ingin memberikan nutrisi yang baik untuk bayinya. Meski cara demikian adalah sah dan diperbolehkan, mungkin ada satu hal yang mestinya menjadi pertimbangan.
Menyusui bukan sekedar mengalirkan nutrisi dari seorang ibu kepada anaknya. Proses menyusui tidak hanya memberikan efek kesehatan kepada ibu dan anak. Ada manfaat psikologis yang didapat manakala proses itu dilakukan secara alami. Para ilmuwan percaya bahwa pelukan hangat yang diterima bayi ketika menyusu akan membuatnya memiliki watak yang halus dan menghindari permusuhan di kemudian harinya. Pelukan hangat itulah yang akan membangun jalinan emosional antara ibu dan anak yang berdampak besar terhadap hubungan keduanya di masa yang akan datang.
Membangun karakter
Bunda, pernahkah satu kali saja Anda bertanya kepada anak tentang apa yang mereka inginkan dari kita, ibunya? Sebenarnya, jika kita mau menggunakan nurani, tanpa bertanyapun kita sudah tahu. Kita bisa melihat dari ekspresi polos anak terhadap berbagai kejadian yang dialaminya. Perhatikan seberapa lebar senyumnya saat kita menemaninya bermain, membacakan dongeng, memberi hadiah, dan beberapa bentuk perhatian lain. Sebaliknya, apa reaksi spontannya saat kita meninggalkannya di rumah hanya dengan pengasuhnya, saat kita lelah dan dia masih ingin bermain, saat kita sibuk sementara ia membutuhkan perhatian, dan saat-saat lain dimana ia merasa terabaikan?
Anak adalah pribadi yang polos dan jujur. Apa yang ia tampakkan dari wajahnya adalah ungkapan hatinya yang paling dalam. Beberapa anak mengekspresikan kemarahannya dengan berteriak, memukul, mengamuk, atau menangis. Beberapa yang lainnya memilih untuk diam, menerima semua perlakuan orangtuanya. Ungkapan-ungkapan hati anak yang tidak mendapatkan respon positif dari orang tua bukannya tidak memunculkan akibat. Hanya saja, tubuh kecil si anak seringkali belum mampu menunjukkan betapa rapuh dan hancur mentalnya akibat keegoisan orang tua, khususnya ibunya. Mirisnya lagi, sosok ibu yang semestinya menjadi orang terdekat, kini banyak tergantikan oleh pengasuh. Jadi, jangan pernah salahkan anak ketika dia lebih hormat dan patuh terhadap pengasuh dibandingkan kita, ibunya.
Di balik kemuliaan seorang ibu
Menjadi seorang ibu adalah anugrah Tuhan yang diberikan hanya kepada kaum wanita. Di balik anugrah tersebut, ada tanggung awab mulia yang kita pikul. Tanggung jawab yang manfaatnya akan kembali kepada diri kita di masa depan. Allah menjadikan ibu sebagai sosok yang harus dimuliakan oleh seorang anak, tentu tidak cuma-cuma. Bukan lantaran melahirkan saja, seorang ibu pantas dihormati karena pengorbanan besarnya. Pengorbanan dalam membesarkan, mengasuh, dan mendidik anaknya dengan penuh keikhlasan. Ketika pengorbanan-pengorbanan mulia tersebut terabaikan, maka jangan salahkan anak apabila hari tua kita habis di panti jompo, lantaran anak kita tak sempat merawat kita dengan alasan yang sama saat kita meninggalkannya bersama pengasuhnya. Alasan pekerjaan.
Seorang ibu juga manusia. Manusia yang selalu ingin melakukan yang terbaik dalam hidupnya, baik dalam keluarga maupun karirnya. Meski seringkali harus ada pengorbanan di balik setiap pilihan, berusaha menjadi ibu yang baik adalah jalan yang sangat mulia. Karena seorang anak yang hatinya dipenuhi kasih sayang ibunya, saat dewasa rasa cinta itu akan ia kembalikan seutuhnya. Satu lagi yang mungkin kita lupa, bahwa masa kanak-kanak itu sangatlah singkat, sebelum akhirnya anak-anak kita tumbuh dewasa dan meninggalkan kita bersama keluarga barunya.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar