Harapan, Musibah dan Ajal
Manusia memiliki harapan dan keinginan untuk memperoleh segala
fasilitas kehidupan dunia yang mempesona dan kenikmatannya yang
menggoda, karena Allah telah menjadikan dunia ini dengan segala isinya
sebagai hiasan indah yang menarik hati manusia yang memandangnya. Allah
berfirman:
(إِنَّا جَعَلْنَا مَاعَلَى اْلأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ) الكهف:7
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka
yang terbaik perbuatannya. (QS. 18:7)
Rasulullah saw bahkan memperumpakan dunia dengan buah-buahan yang manis dan dedaunan yang hijau, beliau bersabda:
( إن الدنيا حلوة خضرة وإن الله مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون) رواه مسلم
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau dan sesungguhnya Allah
menjadikan kalian khalifah-Nya di dunia ini lalu Ia akan melihat
bagaimana kalian beramal”
Harapan dan keinginan manusia untuk meraih keindahan dunia karena itu
merupakan fitrahnya yang diakui oleh Allah. Allah berfirman:
(زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ
الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ
مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ
وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ
الْمَئَابِ) العمران : 14
dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga). (QS. 3:14)
Memang tidak ada menusia yang tidak memiliki harapan dan angan-angan
untuk meraih kenikmatan dunia, siapa manusia yang tidak mencintai
wanita?, siapa manusia yang tidak mencintai anak-anak sebagai buah
hatinya?, siapa manusia yang tidak mencintai harta sebagai sarana
penunjang kehidupannya?, hanya orang-orang yang tidak mengertilah yang
mengharamkan atas dirinya keindahan dunia ini, karena itu Allah mencela
mereka yang bersikap seperti ini, Ia berfirman:
(قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ
اللهِ الَّتِى أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ
هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ)
الأعراف:32
Katakanlah:"Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik". Katakanlah:"Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. 7:32)
Itulah keagungan Islam, agama yang menyatukan antara dunia dan
akhirat, karena ia diturunkan oleh sang pencipta manusia yang mengetahui
akan ciptaaan-Nya.
Sesungguhnya keindahan dunia ini hanyalah ujian dari Allah, Ia ingin
melihat siapakah diantara mereka yang terbaik amalnya dan yang terburuk.
Manusia yang terbaik amalnya adalah yang memahami tentang hakikat
kehidupan ini, ia mengerti dunia adalah negeri yang fana tidak kekal,
tepat beramal, arena memperbanyak amal baik sebelum ajal tiba dan
akhirat adalah tempat yang kekal abadi, saat mendapatkan balasan amal di
dunia.
Manusia yang memahami hakikat ini akan menjadikan semua fasilitas
kehidupan yang dianugrahkan Allah sebagai bekal untuk akhirat, keindahan
dunia tidak dijadikannya sebagai tujuan akhir tetapi sarana menuju
tempat yang lebih baik dan abadi, ia hidup di dunia ini seperti orang
asing yang tinggal di negeri nan jauh dari negerinya, ia sangat
merindukan kampung halamannya dan akan kembali pada suatu hari nanti,
tak pernah ia membayangkan untuk hidup membina keluarga di negeri orang
lain, tetapi hasil kerja kerasnya yang telah ia curahkan ia tabung untuk
kembali ke kampungnya, setiap detik merupakan waktu yang sangat
berharga untuk menanam amal di ladang dunia karena ia sadar ajal tidak
pernah memberitahukan kapan akan datang, karena ia berada di dalam
lingkarannya. Inilah gambaran orang yang terbaik amalnya di dunia yang
kelak akan mendapatkan balasan yang baik pula.
Rasulullah saw pernah suatu hari memegang pundak putra Umar bin Khattab ra lalu beliau berpesan:
(كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل)
“Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melewati jalan”
Jadilah di dunia seperti orang asing yang hanya sesaat tinggal di
negeri orang lain dan pada suatu saat ia akan kembali ke kampung
halamannya atau jadilah di dunia seperti orang yang sedang melewati
jalan yang tidak akan tergiur oleh godaan yang akan menghambat
perjalannya karena perjalanan yang ia tempuh masih jauh dan panjang.
Kalaupun ia berhenti di tengah perjalanannya, ia akan berhenti hanya
sesaat untuk menghilangkan keletihannya dan menambah bekalnya setelah
itu iapun berangkat kembali meneruskan perjalannya.
Rasulullah saw pernah menggambarkan dirinya dengan dunia ini seperti
orang yang sedang berteduh di bawah pohon dalam sebuah perjalanan untuk
menghilangkan rasa lelah yang dirasakan dan untuk berlindung dari terik
panasnya matahari di bawah rindangnya dedaunan lalu beliau berangkat
kembali meneruskan perjalannya setelah ia merasa segar kembali.
Bagi orang yang hatinya tertutup untuk mengerti tentang arti
kehidupan ini, ia akan berangan-angan panjang, bercita-cita tinggi dan
berharap yang besar untuk meraih seluruh keindahan dunia. Setiap kali ia
memperoleh satu kenikmatan, ia ingin memperoleh yang lainnya dan tiap
kali ia mendapatkannya ia berharap mendapatkan yang lainnya, hatinya
tidak pernah puas dengan satu kenikmatan tetapi terus berusaha
mendapatkan yang lebih besar dari yang telah ia miliki.
(لو كان لابن آدم واد من مال
لابتغى إليه ثانيا، ولو كان له واديان لابتغى لهما ثالثا ولا يملأ جوف ابن
أدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب) رواه الشيخان
“Seandainya manusia memiliki harta sebanyak satu telaga ia ingi
memiliki dua telaga dan seandainya ia memiliki dua telaga ia ingin
memiliki tiga telaga perut manusia hanyalah diisi dengan debu dan Allah
akan menerima taubat manusia yang bertaubat kepada-Nya”
Bagi manusia yang hatinya tertutup untuk mengerti tentang tujuan
hidup ini akan menjadikan dunia dengan segala keindahannya yang
mempesona sebagai tujuan hidupnya, ia kumpulkan harta sebanyak-banyaknya
seakan ia akan hidup selamanya, jika suatu hari Allah menegurnya dengan
musibah yang Ia turunkan, iapun merunduk kepada-Nya memohon pertolongan
agar dikeluarkan dari musibah ini lalu Allah menyelamatkannya, setelah
itu ia lupa akan janjinya saat ia diselimuti oleh musibah, ia kembali
terlena dengan dunia dan membangun angan-angan yang tinggi melayang
untuk meraih sebanyak mungkin kenikmatannya
(هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ
فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ
بِهِم بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَاجَآءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ
وَجَآءَهُمُ الْمَوْجُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ
بِهِمْ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنجَيْتَنَا مِنْ
هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِين،َ فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ
يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا
بَغْيُكُمْ عَلَى أَنفُسِكُم مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ
إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ)
يونس:22-23
Dialah yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan
tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin
badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan
mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa
kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atannya kepada-Nya semata-mata.
(Mereka berkata):"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari
bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".
(QS. 10:22)
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada
Kamilah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (QS. 10:23)
Ia tidak sadar bahwa sekalipun ia dapat terhindar dari satu musibah
ke musibah yang lain ia tidak akan bisa menghindar dari maut dan ajal
yang mengelilinginya, sebelum angan-angannya yang jauh tercapai ajal
telah mendahuluinya.
(أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...)النساء:78
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”(QS. 4:78)
Harapan manusia memperoleh kenikmatan dan keindahan dunia memang
tidak terlarang dalam Islam bahkan sebaliknya mengingkari kenikmatan
dunia ini sampai mengharamkannya sangat dicela oleh Allah, karena Ia
telah menundukan dunia dan segala isinya untuk kebaikan hidup manusia.
Allah berfirman:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
(QS. 14:32)
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang
terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu
malam dan siang". (QS. 14:33)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya.Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah kamu dapat menhinggakannya.Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)
Betapa banyak kenikmatan dunia yang ia tundukan untuk manusia demi
kebaikan hidupnya, semua itu sesungguhnya adalah ujian untuk menyeleksi
mana manusia yang memanfaatkan secara baik semua kenikmatan ini dan
menjadikannya sebagai sarana untuk kehidupannya yang hakiki dan mana
manusia yang terbuai oleh keindahan dunia, terlena oleh kegemerlapan dan
manisnya dunia sehingga membuatnya membangun angan-angan yang panjang,
harapan yang jauh kedepan dan cita-cita yang melayang untuk meraih semua
kenikmatannya, ia lupa akan kampung halamannya yang pasti ia akan
kembali ke sana.
Disaat manusia terlena dengan mimpi-mimpinya yang indah hanyalannya
yang manis dan angan-angannya yang membuai, tiba-tiba sang maut datang,
sang ajal tiba, sang pemutus kenikmatan hadir menghancurkan semua
impiannya, mengubur semua angan-angannya, saat itulah ia sadar bahwa apa
yang ia lakukan selama ini sia-sia dan ia berharap untuk kembali ke
dunia mengulangi kembali perjalan kehidupannya dengan berbuat amal baik.
(حَتَّى إِذَا جَآءَ
أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ، لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ) المؤمنون:99-100
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:"Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. 23:99)
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitan. (QS. 23:100)
Harapan, musibah dan ajal merupakan rangkaian kehidupan yang dilalui
manusia di dunia ini. Manusia berharap dan bercita-cita tinggi dan
melayang melewati garis-garis ajal, namun akhirnya sang ajal
mendahulinya sebelum harapannya tercapai.
Beramal sebelum datang tujuh perkara
Rasulullah saw pernah bersabda:
(بادروا بالأعمال سبعا، هل
تنتظرون إلا فقرا منسيا، أو غنى مطغيا، أو مرضا مفسدا، أو هرما مفندا،
أوموتا مجهزا، أو الدجال، فشر غائب ينتظر، أوالساعة، و الساعة أدهى و
أمر)رواه الترذي
“Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara; apakah kalian
akan menanti sampai datang kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang
membuat sombong, atau sakit yang merusak kehidupan, atau tua yang
melemahkan kekuatan, atau kematian yang menyegerakan, atau datangnya
dajjal, makhluk gaib yang paling buruk dinanti, atau datangnya hari
kiamat, hari yang sangat dahsyat dan mengerikan” (HR. Turmizi)
Beramal sebelum kemiskinan melilit
Kemiskinan sering membuat orang lupa dengan akhirat, lupa dengan
Allah, lupa dengan tujuan hidupnya yang sesungguhnya dan lupa beramal
baik untuk masa depannya yang abadi, karena seseorang yang dililit oleh
kemiskinan selalu disibukan oleh usahanya mencari makan dan minum untuk
menyambung hidupnya, mencari tempat tinggal untuk menaungi dirinya dari
siraman hujan dan sengatan terik matahari, mencari pakain untuk menutupi
tubuhnya, bahkan karena kemiskinan tanpa keimanan yang kuat dan demi
sesuap nasi, seseorang bisa mencuri, merampas harta orang lain seperti
yang pernah terjadi pada masa khalifah Umar bin Khatab, seseorang telah
mencuri karena miskin, karena miskin seorang wanita yang lemah imannya
berani menjual kehormatannya dan karena kemiskianan banyak orang yang
terjerumus dalam kekafiran, ia rela menjual agamanya karena tuntutan
hidupnya yang sulit sementara ia dijanjikan hidup yang baik dalam agama
lain, karena itulah Rasulullah saw mengatakan: “Kemiskinan hampir menjerumuskan orang dalam kekafiran” dan beliau selalu berlindung kepada Allah dari kekafiran dan kemiskinan.
Kemiskinan memang sangat menyulitkan hidup, namun Allah telah
menentukan ada manusia yang kaya dan ada manusia yang miskin sebagai
ujian baginya, apakah si kaya bersyukur dengan kekayaannya dan si miskin
bersabar dengan kemiskinan. Allah berfirman:
(إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا) الإسراء:30
Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha melihat akan hambva-hambanya. (QS. 17:30)
Segera beramal sebelum kemiskinan melilit hidup manusia itulah yang
dipesankan oleh Rasulullah saw, karena ketika manusia memiliki harta
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, banyak sarana dan
kesempatan yang dapat digunakan untuk beramal, harta yang dimiliki bisa
dibelanjakan di jalan yang benar dengan bersedekah, membantu orang yang
tak punya, membayar zakat, menunaikan ibadah haji dan lain-lain.
Dengan kondisi kehidupan yang layak; memiliki makanan dan minuman,
pakaian, tempat tinggal dan sarana transfortasi yang layak, seseorang
mampu lebih berkonsentrasi dalam beramal tanpa disibukan dengan pikiran
mencari sesuap nasi kecuali bagi orang yang tak pernah merasa cukup
dalam hidupnya yang terus mencari dan mencari. (by.aldakwah)
0 komentar:
Posting Komentar