Senin, 13 Mei 2013

Takdir dan Ikhtiar

Iman kepada Takdir Tidak Bermakna Mengabaikan Ikhtiar
Takdir bukan maknanya seseorang malas menempuh usaha dan Ikhtiar Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasul n menunjukkan pokok yang agung ini.


Rasulullah n bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ.

Bersemangatlah kamu menempuh apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan sekali-kali kamu malas. Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan, “Seandainya dahulu aku lakukan ini dan itu, niscaya akan demikian dan demikian.” Namun, katakanlah, “Ini adalah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi.”

Rasulullah n membimbing umatnya untuk bersemangat berikhtiar, menempuh usaha yang bermanfaat dalam urusan dunia dan agama. Perintah Rasulullah n kepada umatnya untuk berusaha, beliau gabungkan dengan iman kepada takdir. Ini menunjukkan bahwa iman kepada takdir tidak bertentangan dengan usaha.

Benar, penduduk jannah (surga) telah ditetapkan, tidak akan meleset dari apa yang telah ditentukan oleh Allah l. Demikian pula, penduduk neraka telah Dia tentukan, dan pasti mereka akan memasukinya. Namun, bersamaan dengan itu Allah l memerintah kita untuk beramal. Sungguh, seorang yang jujur dalam beramal akan Dia mudahkan jalan menuju jannah-Nya. Sesungguhnya Allah l adalah Dzat Yang Mahaadil, tidak menzalimi hamba-Nya.

Sahabat Ali bin Abi Thalib z berkata:

بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ n وَهُوَ يَنْكُثُ فِي الْأَرْضِ إِذْ رَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَالَ: مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ قَدْ عُلِمَ -قَالَ وَكِيعٌ: إِلاَّ قَدْ كُتِبَ- مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ. قَالُوا: أَفَلَا نَتَّكِلُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لَا، اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

Kami bersama Rasulullah n yang sedang menggores-gores tanah, ketika beliau mengangkat wajah ke langit lalu bersabda, “Tidak ada seorang pun di antara kalian melainkan telah diketahui—dalam riwayat Waki’: telah ditentukan—tempatnya di neraka dan tempatnya di Jannah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah berarti kita bersandar saja (dengan takdir dan tidak beramal)?” Rasulullah bersabda, “Tidak, beramallah kalian, karena masing-masing akan dimudahkan kepada apa yang telah ditentukan untuknya.”10
Dalam riwayat lain, Rasulullah n membacakan firman Allah l:

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (al-Lail: 5—10)

Mengapa Manusia Membedakan Urusan Dunia dan Akhirat?
Orang-orang yang malas beribadah, saat diingatkan tentang surga dan neraka, dengan enteng mengatakan, “Bukankah surga dan neraka sudah ditakdirkan? Apalah artinya beramal? Toh, seandainya aku beramal saleh tetapi neraka telah ditakdirkan untukku, akan sia-sia semua amalan. Sebaliknya, kalau aku malas beribadah namun surga telah ditakdirkan untukku, niscaya surga tidak akan lari dariku”

Saudaraku, ungkapan di atas sesungguhnya bisikan dan was-was setan. Dalam urusan akhirat, manusia dibujuk untuk meninggalkan amalan dan bersandar kepada takdir. Namun, dalam urusan dunia, setan terus mengembuskan syahwat dunia sehingga seorang berambisi terhadapnya dan melupakan negeri akhirat. Siang malam keringat diperas, semua kekuatan dicurahkan untuk mengais emas dan perak.

Sungguh sangat mengherankan! Dalam urusan akhirat, mereka meninggalkan ikhtiar. Namun, dalam urusan dunia, mereka sadar bahwa duduk di rumah dan bersandar kepada takdir tanpa usaha adalah bentuk kebodohan.

Dua sikap yang bertolak belakang ini sungguh mengherankan. Seharusnya manusia tidak membedakan urusan dunia dan akhirat dalam hal beriman terhadap takdir dan menempuh usaha. Sebagaimana ia berusaha mendapatkan rezeki di dunia, yang semuanya telah ditakdirkan oleh Allah l, demikian pula seharusnya ia berusaha menempuh amalan yang menyelamatkan dirinya dari neraka dan melakukan amalan saleh demi kebahagiaannya di akhirat, yang semua itu juga telah ditakdirkan oleh Allah

Antara Hasil Dan Ikhtiar
Seharusnya seorang muslim tatkala berikhtiar harus tetap menjaga hatinya kepada Allah dan jangan sekali-kali mengarahkan hatinya kepada apa yang dilakukannya, sehebat apapun itu..
Hal itu untuk menjaga kekuatan hati agar siap menerima hasil apapun yang Allah takdirkan..
Ibnul Qoyyim pernah bertutur,” Silahkan anda melakukan sebab apapun yang terbaik, tetapi kosongkan selalu hatimu dari semua sebab itu agar tetap terarah kepada Allah.”
Sehebat apapun ikhtiar manusia. Namun ia harus tetap mengantungkan hatinya kepada Allah..
Bukankankah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah tersihir, padahal beliau adalah orang yang paling berdzikir..??
Peristiwa yang pernah beliau alami memberikan pelajaran penting kepada kita semua bahwa setiap hamba harus menyadari dan menyakini bahwa..
Setinggi apapun ilmunya dan sehebat apapun amalannya boleh saja berikhtiar sebaik mungkin, Namun hasil akhir, tetap Allah jualah yang menentukan..
Manusia hanya berikhtiar, tetapi hati harus tetap tertuju kepada Allah, dengan keyakinan bahwa Dia pasti akan memberikan hasil yang terbaik kepada hamba-Nya.

IKHTIAR BATIN adalah SUMBER SOLUSI
Dimana dengan ikhtiar batin tidak hanya ketentraman dan ketenangan batin saja yang diperoleh. Tetapi juga memberikan kemudahan dan kelancaran di dalam ikhtiar lahir. Ikhtiar batin akan membuka dan menyingkirkan apa yang menjadi penghalang dan yang menjadi rintangan dalam ikhtiar lahir. Selain itu Ikhtiar batin juga bisa memberikan perlindungan dari hal-hal buruk dan resiko buruk baik dari sesama manusia maupun makhluk ciptaan Allah yang lain. .

Hasil ikhtiar batin memang tidak bisa di nalar dan di logika, dimana batin sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa disentuh dan diraba tetapi bisa dirasakan dan dinikmati hasilnya. Batin adalah tempat bersemayamnya “diri pribadi yang sejati”. Melalui batinlah seorang hamba menjalin dan membangun komunikasi dengan Allah.

Bila ingin sukses dan berhasil di dunia dan akhirat lakukan ikhtiar batin. Karena dengan ikhtiar batin Allah akan membimbing dan menunjukkan solusi masalah kehidupan yang meliputi rezeki, usaha, bisnis, pekerjaan, perjodohan, rumah tangga dan lain sebagainya.

Jadikanlah ikhtiar batin sebagai sumber solusi untuk mengatasi masalah tanpa masalah di dalam kehidupan.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution