Apa yang Kita Pikirkan Belum Tentu Benar Adanya
Dikisahkan,
seorang pemuda sedang berada di ujung tanduk. Ia terancam diberhentikan oleh
atasannya. Alasannya, ia telah melakukan kesalahan yang cukup fatal. Ia
sebenarnya telah melakukan perjanjian pada hari sebelumnya untuk bertemu
seorang investor guna melakukan kesepakatan proyek berskala besar.
Tetapi
karena sesuatu hal, ia terlambat. Karena investor tersebut telah menunggu
cukup lama dan tidak punya waktu lagi dikarenakan jadwal penerbangan ke luar
negeri, maka kesepakatan tersebut batal sehingga membuat perusahaan tempatnya bekerja
menderita kerugian.
Sang atasan
sangat murka atas apa yang telah terjadi. Proyek besar yang sudah ada di depan
mata hilang begitu saja. Meskipun pemuda tersebut berusaha menjelaskan alasan
keterlambatannya, atasannya tidak peduli dan tidak mau tahu. Dengan wajah
yang marah, ia langsung memecatnya dengan tidak hormat dan mengimbau agar
dirinya tidak usah datang lagi esok. Pemuda tersebut sangat sedih, sekaligus
pasrah menerima keputusan atasannya.
Beberapa
detik kemudian, telepon genggam atasan berbunyi. Wajahnya yang marah berubah
menjadi pucat ketakutan setelah mendengar berita bahwa ibunya kecelakaan dan
terbaring di rumah sakit. Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas menuju rumah
sakit. Melihat keadaan itu, pemuda yang dipecat beserta karyawan lain juga ikut
menyusul.
Akhirnya
mereka mereka tiba di rumah sakit tempat ibu atasan dirawat. Segera mereka
menuju ke kamar pasien dengan cemas untuk mengetahui kondisi pasien. Saat
mereka tiba, pasien sedang tertidur. Dokter menegaskan, “Ibu Anda sekarang
selamat. Untung saja ia cepat dibawa ke sini.”
Sang atasan
menatap ibunya dengan wajah sedih. Tidak lama kemudian, mata ibunya mulai terbuka
dan terbangun. Mereka begitu bersyukur dan bisa bernapas lega. Tiba-tiba, mata
ibunya melebar seperti kaget ketika menatap seorang pemuda yang dipecat tadi.
Sambil
menunjuk pemuda itu, ia bertanya pada anaknya, “Siapa pemuda itu?”
Sang atasan
menjawab, “Ia mantan karyawan saya. Tadi pagi sudah saya pecat karena
terlambat. Proyek saya gagal karenanya.”
Ibunya
langsung berkata, “Anakku. Dia terlambat karena dia yang telah menolong dan
membawa ibu ke rumah sakit ini. Kalau tidak ada dia, mungkin ibu tidak bisa
diselamatkan lagi. Dialah penolong ibu. Kamu harusnya berterima kasih padanya,
bukan memecatnya. Sekarang kamu harus minta maaf padanya dan pekerjakan dia
kembali sebagai karyawanmu.”
Sang atasan
begitu terkejut mendengar kenyataan ini, begitu juga dengan karyawan lainnya.
Dengan wajah malu-malu, ia meminta maaf kepada pemuda yang tadi dipecatnya,
kemudian membatalkan pemecatan dan mengangkatnya kembali ke posisi yang lebih
tinggi karena rela menolong nyawa seseorang meskipun tahu akan kehilangan
sebuah proyek besar.
Pesan kepada
pembaca:
Sering kali
apa yang kita pikirkan mengenai sesuatu atau seseorang tidak sesuai dengan
kenyataan. Seperti halnya pada cerita di atas dimana atasan tidak tahu dengan
pasti apa yang telah dilakukan karyawannya sehingga menyebabkan dirinya
terlambat.
Kita kadang
merasa sudah tahu segalanya dan merasa bahwa kita ini paling benar. Padahal apa
yang kita ketahui sangatlah sedikit sekali dikarenakan keterbatasan pandangan
mata dan pikiran kita. Karena keterbatasan itulah, kita sering membuat
kesimpulan sepihak yang belum tentu benar 100%. Inilah yang membuat kita sulit
untuk memahami orang lain. Ketika orang lain bertindak tidak sesuai dengan yang
kita harapkan, kita cenderung main hakim sendiri tanpa pernah mencari tahu apa
yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi terlalu egois, merasa diri paling benar
dan menganggap orang lain salah.
Begitu juga
ketika kita memandang sesuatu hal yang terjadi. Kita hanya melihat dan
menafsirkan sendiri sesuai dengan pemikiran kita. Kita akhirnya membuat
kesimpulan dan memberi arti dari kejadian itu. Saat itulah kita menganggap
pemikiran kitalah yang benar dan menilai salah pemikiran lainnya. Itulah
sebabnya mengapa dua orang mengalami peristiwa yang sama, tetapi reaksi mereka
sangat berbeda.
Dua orang
karyawan dipecat. Satunya bereaksi negatif dengan cara mabuk-mabukan, stres
atau marah-marah. Yang satu lagi bereaksi positif dengan cara bekerja keras
agar bisa sukses melebihi atasannya. Dua orang memandang sesuatu yang sama secara
berbeda.
Maka dari
itu, mulai hari ini berusahalah untuk lebih bijaksana menilai sesuatu atau
seseorang. Dengan begitu, kita akan lebih memahami prinsip dan nilai-nilai kehidupan
yang lebih baik dan bermakna.
0 komentar:
Posting Komentar