Jumat, 03 Mei 2013

Life Begin at 40

Usia 40 Tahun Dalam Perspektif Islam

Pada tahun 1932, seorang Psikolog Amerika, Walter B. Pitkin pernah menulis buku yang sangat populer waktu itu berjudul “Life Begins at Forty”. Pitkin memang bukan penggagas pertama kata-kata tersebut, karena jauh sebelum tahun 1932 kata-kata itu telah ada. Namun tidak dipungkiri bahwa tulisannya membuat pemahaman terhadap “kehidupan dimulai pada usia 40 tahun” menjadi sangat populer hingga kini.


Barat memberikan perhatian kepada umur 40 tahun dengan akar dan orientasi kultur masyarakat Barat, yaitu materialisme, sehingga mereka menilai dan membuat indikator hidup dari sisi materialistis. Pada umur 40 tahun, karier telah cukup mapan, pendapatan, serta kekayaan telah mencukupi. Atas dasar ini tidak mengherankan jika mereka mempunyai ungkapan bahwa ‘hidup’ dimulai pada umur 40 tahun. Life begin at 40.

Dalam perspektif Islam, ternyata Islam juga memberi perhatian kepada umur 40 tahun, yang tentu saja berbeda dengan budaya Barat. Umur 40 tahun mendapat perhatian khusus dari Alquran. Dalam Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:

”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Menurut mufasir (ahli tafir), Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Ddzilalil Quran, ketika membahas potongan kalimat ’hatta idza balagho asyuddahu wa balagho arba’iina sanah’ (hingga apabila dia telah dewasa dan mencapai usia 4o tahun), usia kedewasaan itu berkisar antara 30 hingga 40 tahun, dan usia 4o tahun adalah puncak kematangan dan kearifan. Pada fase ini, semua potensi dan kemauan telah sempurna, dan manusia siap merenung untuk berpikir dengan tenang. Pada usia ini, fitrah yang lurus dan bersih berorientasi kepada hal-hal di balik kehidupan dan sesudah kehidupan, banyak merenung tentang kematian.

Dalam sejarah Islam, bilangan 40 juga mencirikan beberapa hal/peristiwa. Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertama kali (bi’tsah) juga pada usia 40 tahun. Demikian pula, jika kita berkunjung ke masjid Nabawi, ada sunnah sholat Arbain, yaitu sholat 40 waktu atau delapan hari penuh (5 waktu dikalikan 8 hari).
So, bagi kita ummat Muslim, umur 40 adalah waktunya untuk memperbanyak amal kebaikan, karena waktu pertemuan kita dengan Allah (kematian) semakin dekat. Artinya seandainya yang tertulis di Lauh Mahfudz jatah usia kita 50 tahun maka, hidup kita tinggal 10 tahun, atau jika jatah usia kita 60 tahun maka, kita tinggal menghitung sendiri, berapa lama kita hidup lagi. Dan seterusnya.

Tentang usia 40 rahun, Ibnu Atthaillah seorang Sufi dan Ulama Besar pada memberi nasihat bijak :

“Jika usiamu telah menginjak 40 tahun, maka segeralah untuk memperbanyak amal saleh siang dan malam. Sebab, waktu pertemuanmu dengan Allah semakin dekat. Ibadah yg kamu kerjakan saat ini tidak akan mampu menyamai ibadah seorang pemuda yg tidak menyia-nyiakan masa mudanya. Andai saat ini kamu ingin beramal sekuat-kuatnya, tenagamu sudah tidak mendukung lagi. Oleh karena itu beramallah sesuai kekuatanmu . Perbaikilah masa lalumu dgn banyak berdzikir, sebab tidak ada amal yg lebih mudah dari dzikir. Dzikir dapat kamu lakukan ketika berdiri, duduk, berbaring maupun sakit. Dzikir adalah ibadah yg paling mudah. Bukankah Rasulullah saw bersabda : “Dan hendaklah lisanmu basah dengan berdzikir kepada Allah swt.”

“Bacalah secara berkesinambungan doa’ dan dzikir apapa pun yang mudah bagimu.. Pada hakikatnya engkau dapat berdzikir kepada Allah swt adalah karena kebaikannya. Ia akan mengaruniamu…..”(Nasehat Ibnu Atthaillah)..

Sedangkan menurut Imam Al- Ghazali:

“..usia 40 tahun adalah sebuah pertanda, sebuah isyarat. Seperti sebuah ikhtisar masa depan. Jika di usia itu kebaikan lebih mendominasi, maka itu sebuah pertanda baik untuk kehidupannya nanti..”

Tentang tafsiran dari perkataan Imam Ghazali ini, dimaknai, bahwa apa yang sudah menjadi kebiasaan pada usia 40 ini, akan sulit dirubah pada usia-usia sesudahnya. Misalnya, kebiasaan sholat lima waktu. Jika sampai usai 40 tahun untuk sholat wajib saja masih bolong-bolong atau bahkan tidak pernah, sangat besar hal itu akan menjadi kebiasan yang menetap hingga akhir hayatnya. Atau sebaliknya. Jika pada usia 40 tahun masih gemar melakukan kemaksiatan, mungkin berjudi, mencuri, berzina, maka akan sulit baginya untuk berhenti dari kebiasaan tersebut. Na’udzbillah.

Sebagai penutup, marilah kita senantiasa bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri kepada Allah SWT..tentunya bukan hanya di ”sekitar” usia 40. Islam, sesuai surat Al ‘Ashr justru tentu tak memberikan batasan waktu. Surat tersebut, menawarkan kesadaran betapa tiap detik waktu kita di bumi beharga. Betapa mereka yang lalai menghiasi waktu dengan kebajikan menjadi sosok yang merugi. Al’Ashr mengingatkan kita betapa sedikit waktu yang dimiliki. Disini, Islam mengajarkan setiap detik yang dimiliki beharga untuk menghiasi kehidupan ini dengan amal kebajikan…

Semoga kita dan anak-anak keturunan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa suka mengerjakan amal kebaikan dan semoga kita senantiasa menjadi hambaNya yang senantiasa bersyukur serta hambaNya yang banyak berzikir. Aamin YRA

Semangat pagi Sahabatku, Alhamdulillah sudah Jum’at (TGIF), jangan lupa hari Jum’at kita disunnahkan banyak-banyak baca Shalawat Nabi & baca Surat Al Kahfi.

Allahummashallii ala sayyidina Muhammad wa ala’ali sayyidina Muhammad.

Baraka Allâh fîkum. Amiin
oleh: Imam Puji Hartono


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution