Jumat, 03 Mei 2013

Allah Mengetahui Dibalik Segala Sesuatu

Khusnudzon Kepada Allah SWT

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah SWT mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 216).


Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia memiliki pengetahuan yang sedikit tentang segala sesuatu yang terjadi. Allahlah yang mengetahui dibalik segala sesuatu yang terjadi. Manusia terkadang mendahulukan nafsunya, sehingga ketika menerima kenyataan hidup yang berbeda dengan yang ia harapkan,  ia mencari sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pelampiasan kesalahan (mencari kambing hitam). 

Allah pun tidak luput dari tuduhan buruk manusia. Allah bahkan sering disalahkan sebagai tuhan yang tidak memberikan taqdir terbaik kepadanya. Lantas, bagaimana seharusnya manusia menyikapi ketentuan Allah SWT.? Jawabannya adalah husnudzon atau baik sangka kepada taqdir Allah SWT.

Musibah merupakan kejadian yang sering menyebabkan manusia suudzon (buruk sangka) kepada Allah. Musibah hanya dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan dan menghinakan manusa.

Padahal, musibah paling tidak memiliki tiga makna. 

Pertama, musibah sebagai hukum sebab akibat. Artinya musibah yang terjadi adalah akibat dari ulah manusia sendiri, seperti banjir, tanah longsor, wabah penyakit. Itu semua disebabkan karena manusia  tidak serius dalam mengelola alam dan berpaling pada aturan yang telah ditetapkan-Nya. “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka itu adalah dari kesalahan dirimu sendiri. (QS An-Nisa [4]: 79).

Kedua, musibah merupakan sarana penebus dosa. Allah SWT menghendaki datangnya musibah berupa kesusahan, rasa sakit, kekurangan harta, dan kematian tidak lain sebagai penghapus dosa hamba-hambanya. “Apabila Allah SWT menghendaki kebaikan bagi hamba-hambanya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia dan bila Allah SWT menghendaki keburukan, maka dibiarkan dengan dosa-dosanya, sehingga dosa-dosanya itu dibalas pada hari kiamat.” (HR Abu Daud).

Ketiga, musibah adalah ujian untuk kenaikan derajat di sisi-Nya. “Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang Mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri, atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya dan ditingkatkan derajatnya.” (HR Ahmad, Ibnu Hiban).

Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Siapa saja yang tidak rela terhadap ketetapan-Ku dan tidak berlaku sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Ku, maka carilah olehmu Tuhan selain Aku.”

Tak ada cara lain kecuali berserah diri kepada Allah SWT, berprasangka baik dan selalu beristighfar memohon ampun kepada-Nya. Karena, bisa jadi yang tidak kita sukai justru baik bagi kita, sebaliknya, bisa jadi  yang kita sukai justru akan mencelakakan kita.  

Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang sabar dan selalu husnudzon terhadap ketentuan  Allah SWT.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution