Nikmat Dunia Pasti Akan Sirna
Saudaraku, semua kenikmatan di dunia ini pasti akan sirna. Sedangkan
yang ada di sisi Allah, itulah yang akan kekal. Namun sayangnya, betapa
banyak yang terlena dengan dunianya yang nanti akan sirna, lalu lebih
mementingkan kehidupan kekal yang ada di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An Nahl: 96).
Segala sesuatu yang kita miliki pasti
akan sirna, baik diri kita sendiri, keluarga dekat kita, dan harta
kita. Ibnu Katsir berkata, “Apa yang ada di sisi kalian akan berakhir
pada waktu tertentu yang telah ditetapkan.”
Lalu apa yang akan kekal? Ibnu Katsir melanjutkan tafsiran ayat di
atas, “Pahala di sisi Allah untuk kalian di surga yang akan kekal, tidak
terputus, tidak akan lenyap, dan tidak akan hilang.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4: 710).
Dalam Tafsir Al Jalalain disebutkan bahwa semua yang ada di dunia ini pasti akan sirna dan yang di sisi Allah itulah yang kekal.
Demikianlah, manusia tahu bahwa di sisi Allah yang kekal abadi. Namun
mereka malah mengganti sesuatu yang kekal dengan sesuatu yang pasti
akan sirna.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab tafsirnya (hal.
448), “Seharusnya manusia itu mendahulukan sesuatu yang pasti kekal,
bukan sesuatu yang akan binasa. Karena segala sesuatu di sisi kalian
-wahai manusia- akan sirna walaupun banyak jumlahnya. Adapun yang di
sisi Allah (yaitu kenikmatan di akhirat) akan tetap terus ada, tidak
akan sirna dan hilang.” Apa yang dimaksudkan oleh Syaikh As Sa’di
sepadan dengan firman Allah,
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al A’laa: 16-17).
Wahai saudaraku … Malik bin Dinar berkata,
لو
كانت الدنيا من ذهب يفنى ، والآخرة من خزف يبقى لكان الواجب أن يؤثر خزف
يبقى على ذهب يفنى ، فكيف والآخرة من ذهب يبقى ، والدنيا من خزف يفنى؟
“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah
tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih
sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan
fana. Padahal sebenarnya akhirat adalah emas yang kekal abadi dan dunia
adalah tembikar nantinya fana.” (Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7: 473, Mawqi' At Tafasir)
Juga kata Syaikh As Sa’di, ayat yang kita kaji mengandung pelajaran
penting tentang zuhud di dunia karena kita diperintahkan untuk
memikirkan akhirat kita yang kekal dibanding dunia yang akan sirna,
dunia hanyalah sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat. Zuhud
yang dimaksud adalah meninggalkan setiap yang dapat mendatangkan bahaya
bagi hamba dan meninggalkan setiap yang membuat lalai dari kewajiban
dan hak Allah.
Semoga kita termasuk hamba yang menjadi akhirat sebagai tujuan mulia kita.
0 komentar:
Posting Komentar