Pelajaran Berharga dari si Penjual Roti
Suatu hari tampak seorang pemuda tergesa- gesa memasuki sebuah warung
makan karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan
makanan, seorang anak penjual roti menghampirinya: “Om, beli kue dong
Om. Masih hangat dan rasanya enak..!
“Tidak, Dik. Saya sudah memesan
makanan tadi”. Jawab si Pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun
berlalu dan menunggu di luar restoran. Melihat si Pemuda telah selesai
menyantap makanan, si Anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si
Pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak
Dik, saya sudah kenyang”.
Sambil terus mengikuti Pemuda itu si Anak berkata : “Kuenya bisa dibuat
oleh- oleh pulang lho, Om”. Dompet yang belum sempat dimasukkan ke
kantong pun akhirnya dibuka kembali. Dan dikeluarkannya selembar uang 5
ribuan kemudian dikasihkan ke penjual roti. “Maaf, saya tidak beli kue.
Uang ini anggap saja sebagai sedekah dari saya, Dik”.
Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu ia bergegas keluar
restoran, kemudian memberikan uang pemberian itu kepada Pengemis di
seberang jalan. Si Pemuda yang memperhatikan dengan seksama terkejut..!!
Ia langsung menegur: “Hai adik kecil, kenapa uangnya diberikan ke orang
lain..? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah kamu
mendapat uang malah diberikan ke pengemis itu..?” “Maaf, Om…”. Jangan
marah ya..? Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang
dengan cara kerja keras, bukan dengan mengemis. Kue- kue ini dibuat oleh
Ibu saya sendiri dan Ibu saya pasti kecewa dan sedih, jika saya
mendapatkan uang bukan karena jerih payah saya dalam berjualan. Tadi Om
bilang “uang sedekah”, jadi ya saya berikan ke pengemis itu.
Si Pemuda akhirnya merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda
mengerti, “MasyaAllah… Dik, berapa banyak roti yang kamu bawa..? Saya
borong semua untuk oleh- oleh”. Si anak pun lansung menghitung jumlah
dagangannya dengan gembira. Sambil menyerahkan uang, si Pemuda berkata :
“Terimakasih banyak ya Dik, atas pelajaran hari ini. Tolong sampaikan
salam saya untuk Ibu kamu di rumah. Walaupun si Anak tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan
pemuda itu, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berkata :
“Makasih banyak ya Om. Ibu saya pasti sangat senang kerena jerih
payahnya dihargai, dan uang ini pasti sangat bermanfaat bagi kehidupan
kami”.
Ya, itulah pelajaran yang bisa kita ambil. Seorang anak dengan kepolosan
hatinya menyampaikan Apa yang ia inginkan. Kadang hikmah- hikmah
kehidupan tidak dapat kita dapatkan di bangku sekolah, bahkan di bangku
kuliah sekalipun. Semuanya justru banyak kita dapatkan dari kehidupan
sehari- hari. Seorang anak yang ingin “DIHARGAI”, bukannya ingin
“DIKASIHANI”. Karena pasti sangat berbeda antara’menghargai’ dengan
‘mengasihani’. Kalau Engkau ingin dikasihi, maka berikanlah kasih
sejati. Dan bukan rasa kasihan, sebab beda sekali antara mengasihi dan
mengasihani.
0 komentar:
Posting Komentar