Membaca al-Quran
Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab
Al-Qur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi alam
semesta.
Sesungguhnya Al Qur'an diturunkan tidak lain kecuali untuk
suatu tujuan yang agung yaitu sebagai pelajaran dan hukum. Adapun pada saat ini,
banyak manusia yang meninggalkan kitab yang agung ini, tidak mengenalnya kecuali
hanya pada saat-saat tertentu saja. Diantara mereka ada yang hanya membaca saat
ada kematian, diantara mereka ada yang hanya menjadikannya sebagai jimat dan
diantara mereka ada yang hanya mengenalnya pada saat bulan Ramadhan saja.
Memang benar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur'an, kita dianjurkan agar memperbanyak membaca Al Qur'an pada bulan ini. Namun tidak sepantasnya seorang muslim berpaling dari kitab yang mulia ini di luar bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan keutamaan yang begitu banyak bagi para pembacanya meskipun di luar bulan Ramadhan.
Memang benar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur'an, kita dianjurkan agar memperbanyak membaca Al Qur'an pada bulan ini. Namun tidak sepantasnya seorang muslim berpaling dari kitab yang mulia ini di luar bulan Ramadhan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan keutamaan yang begitu banyak bagi para pembacanya meskipun di luar bulan Ramadhan.
Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan
dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan
menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa'at baginya pada
hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan
mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di
akhirat, dengan firmanNya:
"Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha:123)
"Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha:123)
Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah,
merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam orang-orang
yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya:
"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat" (Thaha : 100). "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (Thaha: 124)
"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat" (Thaha : 100). "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (Thaha: 124)
Di antara keutamaan Al-Qur'an:
1. Firman Allah Ta 'ala: "Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab
(Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (An-Nahl: 89)
2. Firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab
itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus." (Al-Ma'idah: 15-16).
3. Firman Allah Ta 'ala: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman.
" (Yunus: 57).
4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Bacalah
Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi
pembacanya." (HR. Muslim dari Abu Umamah).
5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya: Aku mendengar
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Didatangkan pada
hari Kiamat Al-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu mengamalkannya
di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela
pembaca kedua surat ini." (HR, Muslim).
6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Al-Bukhari)
7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari
kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh
kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif
satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi,
katanya: hadits hasan shahih).
8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dikatakan
kepada pembaca Al-Qur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan
sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada
akhir ayat yang kamu baca." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan
mengatakan: hadits hasan shahih).
9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya: Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang membaca Al-Qur'an
dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang
yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua
pahala." (Hadits Muttafaq 'Alaih). Dua pahala, yakni pahala
membaca dan pahala susah payahnya.
10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh hasad (iri)
kecuali dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur'an lalu
diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah harta
lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang". (Hadits Muttafaq
'Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang
dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan yang
diridhaiNya- untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya dengan niat yang
ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk mempelajari maknanya dan
mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang dijanjikan Allah bagi para ahli
Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar, pahala yang banyak, derajat yang tinggi
dan kenikmatan yang abadi. Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dahulu jika mempelajari sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka
tidak melaluinya tanpa mempelajari makna dan cara pengamalannya.
Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi pembacanya,
yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami maknanya, perintah-perintahnya
dan larangan-larangannya. Jika ia menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka
ia pun mematuhi dan menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu
maka iapun meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia
memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat adzab, ia
berlindung kepada Allah dan takut akan siksa-Nya.
Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang yang merenungkan dan mengamalkannya;
sedangkan yang tidak mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi
hujjah terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta 'ala: "lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran. " (Shad: 29).
Firman Allah Ta 'ala: "lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran. " (Shad: 29).
Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim, sebagaimana
firman Allah: "Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan permulaan
Al-Qur'an ... " (Al-Baqarah: 185). Dan dalam hadits shahih dari
Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu
dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya
Al-Qur'anul Karim. Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an
pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada
orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan
Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur'anul
Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah
berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan
mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta
mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah
kepada para malaikat di hadapan-Nya." (HR. Muslim).
Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim:
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda.
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.
Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi
dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak
membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan
waktu berhentinya segala kesibukan, kembali terkumpulnya semangat dan bertemunya
hati dan lisan untuk merenungkan. Seperti dinyatakan dalam firman Allah: "Sesungguhnya
bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu'), dan bacaan di waktu
itu lebih berkesan." (Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni dengan
bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama seperti malam,
setelah maghrib dan setelah fajar. Boleh membaca sambil berdiri, duduk,
tidur, berjalan dan menaiki kendaraan. Berdasarkan firman Allah: "(Yaitu)
orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam
keadaan berbaring..." (Ali Imran: 191). Sedangkan Al-Qur'anul Karim
merupakan dzikir yang paling agung.
Kadar bacaan yang disunatkan
Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap minggu, dengan setiap hari' membaca
sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat mushaf, karena melihat mushaf merupakan
ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu pada waktu-waktu yang mulia
dan di tempat-tempat yang mulia, seperti: Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh
hari Dzul Hijjah karena memanfaatkan waktu dan tempat. Jika membaca Al-Qur'an
khatam dalam setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam kepada Abdullah bin Amr: "Bacalah
Al-Qur'an itu dalam setiap tiga hari" (Lihat kitab Fadhaa'ilul
qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir,
oleh Ibnu Qaasim, hlm. 107.)
Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal
tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa berat
beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf, dasarnya
firman Allah Ta'ala: "Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang
disucikan." (Al-Waqi'ah: 79). Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wassallam: "Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali
orang yang suci." (HR. Malik dalam Al-Muwaththa, Ad-Daruquthni dan
lainnya)". Hal ini diperkuat hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan
menyentuh Al-qur'an kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan
Al-Hakim dengan menyatakannya shahih).
Al-Qur'anul Karim syari'at sempurna:
Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat mengatakan : "Sudah
menjadi kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah syari'at yang sempurna,
sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya penglihatan dan hujjah.
Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan kecuali dengannya dan
tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang menyelisihinya. Kalau
demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang hendak mengetahui keuniversalan
syariat, berkeinginan mengenal tujuan-tujuannya serta mengikuti jejak para
ahlinya harus menjadikannya sebagai kawan bercakap dan teman duduknya sepanjang
siang dan malam dalam teori dan praktek; maka dekat waktunya ia mencapai tujuan
dan menggapai cita-cita serta mendapati dirinya termasuk orang-orang pendahulu,
dan dalam rombongan pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu
kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya, yaitu
sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para imam terkemuka
dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam tujuan yang mulia ini."
( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)
Hukum melagukan Al-Qur'an :
Pembaca dan pendengar Al-Qur'an yang hatinya disibukkan dengan lagu dan
sejenisnya -yang dapat mengakibatkan perubahan firman Allah, padahal kita
diperintahkan untuk memperhatikannya sebenamya menghalangi hatinya dari apa yang
dikehendaki Allah dalam kitab-Nya, memutuskannya dari pemahaman firman-Nya.
Mahasuci firman Allah dari hal itu semua. Imam Ahmad melarang talhin
dalam membaca Al-Qur'an, yaitu yang menyerupai lagu, beliau berkata : "Itu
bid'ah.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Fadhaailul Qur'an mengatakan:
"Sasaran yang diminta menurut syara' tiada lain yaitu memperindah suara
yang dapat mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Qur'an yang mulia dengan
khusyu', tunduk, dan patuh penuh ketaatan. Adapun suara-suara dengan lagu
yang diada-adakan yang terdiri atas nada dan irama yang melalaikan, serta aturan
musikal, maka Al-Qur'an adalah suci; dari hal ini dan tak layak jika dalam.
Membacanya diperlakukan demikian." (Lihat kitab Fadhaa'ilul qur'an,
oleh Ibnu Katsir, him. 125-126.)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: "Irama-irama yang dilarang para
ulama untuk membaca Al-Qur'an yaitu yang dapat memendekkan huruf yang panjang,
memanjangkan yang pendek, menghidupkan huruf yang mati dan mematikan yang hidup.
Mereka lakukan hal itu supaya sesuai dengan irama lagu-lagu yang merdu. Jika hal
itu dapat mengubah aturan Al-Qur'an dan menjadikan harakat sebagai huruf, maka
haram hukumnya. (Lihat Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim,
hlm. 107.) by.freewebs
0 komentar:
Posting Komentar