Tuntunan Bertaubat kepada Allah SWT
Agar Taubat Ditujukan Kepada Allah SWT.
Ada rukun yang dituntut untuk dipenuhi dalam taubat,
meskipun banyak orang tidak menyebutkannya, yang aku dapati
diungkapkan secara implisit, tidak secara eksplisit. Yaitu
agar meninggalkan dosa, menyesal darinya, dan bertekad untuk
tidak mengulanginya, semata karena Allah SWT saja, karena
ingin mendapatkan pahala-Nya, serta takut terhadap
hukuman-Nya.
Barangsiapa yang meninggalkan minum khamar semata karena
dokter melarangnya, dan takut jika hal itu akan mengancam
kesehatannya, kemudian orang itu meninggalkannya semata
karena itu, maka ia tidak dapat dimasukkan dalam kelompok
orang yang taubat. Jika ia meninggalkan perbuatan itu dengan
latar belakang seperti itu, maka hal itu tidak dianggap
sebagai taubat.
Orang yang meninggalkan zina, semata karena ia terkena
aids, atau takut terkena penyakit itu, atau
penyakit-penyakit kelamin lainnya, sehingga ia takut
terhadap keselamatan dirinya, kemudian ia meninggalkan zina,
maka itu bukan taubat yang sebenarnya.
Orang yang meninggalkan menggunakan obat bius, semata
karena takut ditangkap polisi dan ancaman hukuman mati, maka
ia bukan orang yang bertaubat, dan meninggalkannya itu bukan
taubat.
Orang yang uangnya habis di meja judi, kemudian ia
meninggalkan judi itu, karena tidak memiliki uang lagi serta
kekayaannya sudah habis, saat itu ia tidak dapat dikatakan
telah bertaubat, dan ia tidak termasuk dalam golongan orang
yang taubat.
Orang yang menghardik ayahnya, kemudian orang tuanya
tidak memberikannya harta dan warisan, dan anak itu kemudian
menyesal dari sikap membangkang terhadap orang tuanya itu,
maka penyesalannya itu bukan suatu taubat, bukan pula bagian
darinya, karena ia menyesal semata karena tidak mendapatkan
dunia, bukan karena telah melakukan kemaksiatan kepada Allah
SWT.
Al Quran kita temukan berbicara tentang dua anak Adam.
Ketika yang jahat membunuh saudarnya yang baik, kemudian ia
membawa-bawa mayat saudarnya itu dalam waktu lama, dan ia
tidak tahu bagaimana menguburkannya, karena itu adalah
kematian yang pertama dalam sejarah manusia:
"Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal. [QS. al Maaidah: 31]
Penyesalan saudara yang jahat ini bukan dari
kemaksiatannya kepada Allah SWT, atau karena ia telah
membunuh saudaranya, namun semata karena ia membawa-bawa
mayat itu dalam waktu yang cukup lama, serta ia tidak tahu
bagaimana menguburkannya, oleh karena itu penyesalannya itu
tidak berguna baginya.
Namun ketika musibah-musibah dunia dan kerugiannya
menggerakan keimanan dalam hati manusia, mendorongnya untuk
membacaa ulang dirinya, dan membuat dirinya mengingat
akhiratnya, saat itu ia telah melakukan taubat. Dan insya
Allah taubatnya itu diterima.
Istighfar adalah: meminta ampunan. Atau menghapus dosa
dan menghilangkan bekasnya, serta menjaga dari keburukannya.
Ibnu Qayyim berkata: hakikat maghfirah adalah: menjaga
keburukan dosa. Di antaranya adalah: mighfar: yaitu alat
yang menjaga kepala dari kecelakaan [Madarij Salikin juz
1 / 308]. Ampunan itu hanya diminta kepada Allah SWT
saja, karena di antara nama-Nya adalah "al Ghafuur", "al
Ghaffaar", serta "Ghaafir adz Dzanb". Dan di antara
sifat-sifat Allah SWT adalah:
"Allah mengampuni dosa-dosa semuanya." [QS. az-Zumar: 53]
Al Quran menyampaikan kepada kita bahwa Rasul-rasul Allah
yang diutus kepada bangsa-bangsa diprintahkan untuk
beristighfar. Secara sendiri atau bersamaan. Seperti
disebutkan al Quran tentang Nuh dan dakwahnya kepada
kaumnya:
"Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun- , niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." [QS. Nuh: 10-12]
Dan seperti Allah SWT menyebutkan tentang Huud dan
dakwahnya kepada kaum Aad, yaitu ia berkata:
"Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu." [QS. Huud: 52]
Juga Nabi Shaleh yang mengajak kaum Tsamud:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)." [QS. Huud: 61]
Demuikian juga Syu'aib kepada kaum Ahli Madyan:
"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Penyasih." [QS. Huud: 90]
Dan Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya yang penutup;
Muhammad Saw:
"Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya." [QS. Fush-shilat: 6]
Istighfar yang hakiki juga mengandung taubat. Sebagaimana
taubat juga mengandung istighfar. Dan keduanya mewakili yang
lain ketika disebut secara terpisah.
Sedang jika disebutkan secara tersendiri dalam sebuah
redaksi, seperti dalaam redaksi: "Dan mohonlah ampun
(istighfar) kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah
kepada-Nya", maka istighfar di situ bermakna: meminta
perlindungan dari kejahatan akibat dosa yang telah
dilakukannya. Sedangkan taubat bermakna: kembali dan meminta
perlindungan dari kejahatan yang mungkin terjadi aqkibat
perbuatan-perbuatannya yang buruk.
Imam Ibnu Qayyim berkata: di sini ada dua dosa. Dosa yang
telah lampau, istighfar darinya bermakna: meminta
perlindungan dari kejahatannya, serta dosa yang ia takutkan
akan terjadi. Sedangkan taubat darinya bermakna: bertekad
untuk tidak mengerjakannya lagi. Sedangkan kembali kepada
Allah SWT mencakup dua jenis: kembali kepada-Nya untuk
menjaga diri dari kejahatan akibat perbuatan yang telah
dikerjakannya. Serta kembali kepada-Nya untuk menjaga diri
dari kejahatan dirinya serta perbuatan buruknya di masa
mendatang.
Istighfar di sini juga usaha untuk menghilangkan bahaya.
Sedangkan taubat adalah meminta manfaaat yang dapat diraih.
Maghfirah adalah: agar ia dijaga dari bahaya kejahatan
dosanya. Sedangkan taubat adalah agar setelah ia dijaga dari
kejahatan itu ia mendapatkan apa yang ia senangi. Dan
keduanya mengandung yang lain jika disebut secara terpisah.
[Madaarij Salikin: 1/ 308, 309].
Kebutuhan manusia akan maghfirah Allah SWT adalah
kebutuhan pokok. Karena nikmat-nikmat Allah SWT yang
dicurahkan kepadanya tidak terhitung. Sementara
kekurangannya dalam menjalankan hak Allah SWT tidak dapat
diingkari pula. Maka jika ada manusia yang berkata: aku
telah menjalankan hak Allah SWT seluruhnya, dan tidak
sedikitpun aku kurang menjalankan hak itu, maka perkataannya
itu sendiri adalah sebuah dosa. Karena itu adalah
jelas-jelas kesombongan dan bangga dengan diri sendiri. Oleh
karena itu, seluruh manusia membutuhkan maghfirah. Dalam hal
ini Allah SWT berfirman:
"Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi." [QS. Ali Imran: 133].
Di sini kecepatan dituntut dalam meminta maghfirah
sebelum meminta surga. Ayat yang sejenis adalah firman Allah
SWT:
"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi." [QS. al Hadid: 21].
Dan firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." [QS. ash-Shaff: 10-12]
Keuntungan perdagangan mereka adalah maghfirah itu.
Kemudian mereka dimasukkan ke dalam surga.
Dari kebutuhan manusia akan maghfirah itu, tumbuh
kebutuhannya akan istihgfar. Dan ia tidak pernah bebas dari
kebutuhan ini, malam atau siang. Seperti ia tidak dapat
membebaskan dirinya dari kebutuhan akan makanan dan minuman.
Seperti difirmankan Allah SWT dalam hadits qudsi yang
terkenal yang diriwayatkan oleh Nabi Saw dari Rabbnya Azza
wa Jalla:
"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan dosa pada malam dan siang hari, dan Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka mintalah ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian." [Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abi Dzar]
Dan sabda Rasulullah Saw:
"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan menghapuskan kalian dari muka bumi dan mendatangkan makhluk lain yang melakukan dosa kemudian meminta ampunan kepada Allah SWT dan Allah SWT pun mengampuni mereka." [Hadits diriwaytkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abi Hurairah. Sahih Jami' Shagir (7074)]
Oleh karena itu, al Quran menyifati hamba-hamba Allah
yang baik sebagai orang-orang yang beristighfar kepada Allah
SWT, terutama pada waktu menjelang subuh, serta saat sedang
jatuh dalam dosa.
Allah SWT mensifati orang yang bertakwa yang berhak
mendapatkan surga dan keridhaan-Nya sebagai berikut:
"Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikarunia) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdo'a: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka", (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, dan tetap ta'at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." [QS. Ali Imran: 15-17]
Dalam surah yang sama Allah SWT membicarakan kepada kita
tentang kaum Rabbani yang sebagian mereka telah terbunuh di
jalan Allah SWT. Namun mereka tidak melemah karena mengalami
kematian, serta mereka tidak menjadi malas karenanya. Firman
Allah SWT:
"Tidak ada do'a mereka sekalian ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir [QS. Ali Imran: 147]
Sebelum mereka meminta kekuatan dan kemenangan kepada
Allah SWT , mereka meminta maghfirah dari dosa-dosa dan
sikap berlebihan mereka dalam kehidupan. Dalam hal ini
mereka menuduh diri mereka sendiri dengan perlakuan dan
tindakan yang berlebihan, bukan menuduh Allah SWT bahwa Dia
mengecewakan dan tidak menolong mereka!
Dalam surah itu pula terdapat pembicaraan tentang "ulul
albab", yaitu mereka berdo'a kepada Allah SWT dengan
beberapa do'a. Di antaranya adalah:
"Ya Tuhan Kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." [QS. Ali Imran: 193.]
Dalam surah yang lain, Allah SWT memuji kaum muttaqin
yang berbuat baik dari sekalian wali-wali Allah SWT. Firman
Allah SWT:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)." [QS. adz-Dzariat: 15-18].
Al Hasan berkata: mereka beramal pada malam hari, dan
hanya tidur sedikit dari malam itu, itu mereka lakukan
hingga menjelang subuh, dan pada saat itu mereka melakukan
istighfar. Alangkah anehnya! Mereka mengisi malam dengan ibadah dan
shalat, kemudian pada menjelang subuh mereka beristighfar!
Seakan mereka masih merasa kekurangan dan kesalahan diri
mereka. Ibnu Katsir berkata: terdapat dalam hadits-hadits sahih
dari beberapa orang shabat dari Rasulullah Saw bahwa beliau
bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT turun pada tiap malam ke langit dunia, hingga sepertiga malam yang terakhir, dan berfirman: Apakah ada orang yang meminta taubat hingga Aku berikan taubat kepadanya? Apakah ada yang meminta ampunan hingga Aku berikan ampunan kepadanya? Apakah ada orang yang meminta hingga aku kabulkan permintaannya? Hingga datang fajar".
0 komentar:
Posting Komentar