Sisi Praktis dalam Taubat
Jika dalam taubat ada sisi atau unsur pengetahuan; yang
         terwujudkan dalam ilmu tentang maqam Allah SWT dan kebesaran
         hak-Nya atas hamba-hamba-Nya, serta nikmat-nikmat-Nya yang
         banyak atas mereka pada satu segi, dan pada segi lain
         pengetahuan tentang bahaya kemaksiatan dan kesalahan serta
         pengaruhnya di dunia dan akhirat, serta ia akan menjadi
         penghalang antara manusia dan Rabbnya, dan akan menghalangi
         manusia untuk mencapai keberuntungan dan keselamatan yang
         dicarinya:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung." (QS. Ali Imran: 185)
Dalam taubat juga ada sisi atau unsur hati, emosi dan
         hasrat. Terwujudkan dalam penyesalan yang membakar kayu-kayu
         dosa. Air mata penyesalan yang mencuci kotoran kesalahan.
         Dan cahaya semangat dan tekad yang benar untuk tidak kembali
         melakukan kemaksiatan yang telah ia mintakan taubatnya,
         sebesar apapun godaan yang ia jumpai.Dalam taubat juga terdapat sisi atau unsur praksis yang
         harus dijalankan, hingga hakikat taubat dapat dipenuhi,
         serta ia dapat memberikan hasilnya bagi jiwa dalam
         kehidupan.Sisi praksis ini mempunyai dasar, dan darinya keluar dua
         cabang, atau barangkali beberapa cabang.
a. Meninggalkan Kemaksiatan Secepatnya
Pokoknya adalah: meninggalkan kemaksiatan secepatnya.
         Suatu taubat tidak bermakna jika orang yang bertaubat itu
         masih tetap menjalankan kemaksiatan yang ia sesali itu,
         serta tiddak meinggalknanya; karena, kalau begitu, apa yang
         ia taubatkan, jadinya? Meninggalkan taubat itu dinilai
         sebagai pekerjaan, karena ia menahana diri dari kemaksiatan
         yang ia ingin lakukan, untuk tetap dalam ketaatan. Tidak
         diragukan lagi, menahan diri ini adalah pekerjaan, gerak
         tubuh, serta jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan ) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. al 'Ankabut: 69).
b. Istighfar
Sedangkan dua cabang asal itui adalah, pertama:
         istighfar. Dengan pengertian, memintah maghfirah dan ampunan
         dari Allah SWT. Seperti dikatakan oleh bapak yang pertama,
         Adam, dan ibu yang pertama, Hawa; setelah keduanya makan
         pohon yang dilarang itu:
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS. al A'raaf: 23)
Seluruh orang yang bertaubat amat membutuhkan untuk
         beristighfar, seperti diperintahkan oleh Al Quran dan sunnah
         serta dijelaskan oleh kaum salaf saleh.Mengingat pentingnya istighfar, dan diulangnya perintah
         untuk istighfar itu, serta dorongan untuk melakukannya dalam
         al Quran dan hadits, maka kami akan khususkan suatu pasal
         tesendiri tentang hal itu.
c. Mengubah Lingkungan dan Teman
Cabang kedua adalah: merubah lingkungan masyarakat yang
         penuh dengan kotoran, yang ia tempati saat ia melakukan
         kemaksiatan dan penyelewengan. Kemudian mencari lingkungan
         yang bersih dan suci yang bebas dari penyakit yang
         berbahaya. Yang kami maksud dengan penyakit-penyakit itui
         adalah: penyakit kesalahan, dosa dan penyelewengan. Dan ini
         lebih berbahaya dari penyakit badan, dan lebih cepat
         pengaruhnya.
Jika pengaruh penyakit anggota badan berbahaya bagi
         seorang individu, maka bahaya penyelewengan dan kemaksiatan
         mengancam individu dan masyarakat secara bersamaan. Ia tidak
         hanya bahaya bagi materi yang tangible (terindera) saja,
         namun juga terhadap sisi maknawi dan etika (yang
         intangible). Ia tidak hanya berbahaya bagi dunia saja, namun
         juga terhadap dunia dan akhirat secara bersamaan. Ini artinya, orang yang bertaubat hendaknya meninggalkan
         teman-temannya yang jahat yang mengajaknya untuk melakukan
         kemaksiatan dan menarik kakinya ke arah itu. Yang membuat ia
         terjatuh seperti mereka. Sehingga ia kemudian turut meminum
         minuman keras, berjudi, menggunakan obat bius, memperjual
         belikan barang yang haram, menerima sogokan, jatuh dalam
         tipu daya wanita, bekerja dengan musuh sebagai mata-mata,
         atau meninggalkan shalat serta mengikuti syahwat... dan
         macam-macam kesalahan lainnya. Oleh karena itu, ia harus
         mengganti teman-teman yang jahat itu dengan teman-teman yang
         baik. Yang dengan melihat mereka saja ia akan mengingat
         Allah SWT, pembicaraan mereka mengajak kepada ketaatan
         kepada Allah SWT , dan perbuatan mereka menunjukkan kepada
         jalan Allah SWT. Orang yang bertaubat harus meninggalkan menemani "tukang
         tiup api" untuk kemudian memilih teman "tukang jual minyak
         wangi", seperti diajarkan oleh pengajar yang pertama,
         Rasulullah Saw. Pengaruh teman dan shabat bagi manusia amat besar,
         seperti diungkapkan oleh para bijak bestari dan para penyair
         dari semenjak dahulu kala. Hingga ada penyair yang
         berkata:
"Tentang seseorang maka janganlah tanyakan dirinya sendiri, namun tanyakan temannya Karena setiap teman dengan temannya adalah sama. "
dan penyair lain berkata:
"Hati-hatilah dan jangan temani orang yang pencela, karena ia akan menularkan seperti orang sehat tertularkan orang berpenyakit kusta."
Teman ada dua macam: teman yang membawa engkau menuju
         surga, dan teman yang menjerumuskan engkau ke dalam neraka.
         Al Quran telah menceritakan kepada kita akan bahaya teman
         jenis terakhir ini. Karena ia dapat menyesatkan dan
         menghalangi dari jalan Allah. Dan mungkin korban-korban
         mereka baru diketahui di akhirat nanti, ketika tabir
         kegaiban telah dibuka, dan manusia melihat hakikat sejara
         jelas. Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang-orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia." (QS. al Furqan: 27-29).
Oleh karena itu, kita melihat seluruh teman di dunia
         menjadi musuh di akhirat. Masing-masing mencela yang lain,
         dan satu orang melaknat temannya yang lain, serta mereka
         saling membebaskan diri dari masing-masing. Seluruh mereka
         berkata kepada sahabatnya: engkaulah yang telah menyesatkan
         dan membuatku sesat. Kecuali ada satu jenis teman dan
         kekasih yang tetap saling mencintai, yaitu orang-orang yang
         taqwa, yang takut kepada Rabb mereka, dan azab yang buruk.
         Allah SWT berfirman:
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. az-Zukhruf: 67)
Dari sini, sebagian ahli suluk dari kalangan salaf
         memperingatkan untuk mengganti sahabat. Ketika ia berkata,
         "taubat adalah: menyesal dengan hati, bertekad untuk
         meninggalkan maksiat, meminta ampunan dengan lisan,
         menjauhkan maksiat dengan badan, serta menjauhi teman-teman
         yang buruk." Ini adalah pandangan pendidikan yang benar dan
         telah teruji. Inilah yang telah diperingatkan oleh al
         Qusyairi dan ia menasehati orang yang taubat untuk memulai
         dengan perbuatan ini, yaitu menjauhi teman-teman yang buruk.
         Merekalah yang mendorongnya untuk menggagalkan niatnya untuk
         bertaubat, serta menganggu tekadnya untuk melakukan
         ketaatan. [Risalah Qusyairiah : 1/255.]. Ini diperkuat oleh hadits sahih: yaitu hadits yang
         berbicara tentang orang yang telah membunuh seratus orang,
         kemudian ia bertanya siapa orang yang paling pandai di
         dunia. Kemudian ia diberitahukan untuk menemui seorang alim
         ia berkata kepadanya: bahwa ia telah membunuh seratus orang,
         maka apakah ia masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?
         Orang alim itu menjawab: ya, siapa yang yang menghalangi
         orang untuk bertaubat? Pergilah engkau ke daerah ini dan
         ini, karena di sana terdapat orang-orang yang menyembah
         Allah SWT, maka beribadahlah kepada Allah SWT bersama
         mereka, dan jangan engkau kembali ke kampungmu, karena ia
         adalah kampung yang buruk... hadits. [Hadits itu
         muttafaq alaih dari Abi Sa'id al Khudri. Disebutkan oleh al
         Mundziri dalam Targhib wa Tarhib. Lihatlah : al Muntaqa
         (1936) dan telah disebutkan hadits ini dengan lengkap pada
         halaman sebelumnya.].
d. Mengiringi Perbuatan Buruk dengan Perbuatan Baik
Ini adalah cabang lain yang menyempurnakan dua cabang itu
         dan memperkuat taubat. Yaitu: mengiringi keburukan dengan
         kebaikan, sehingga dapat menghapus pengaruhnya dan
         membersihkan kotorannya. Inilah yang diperintahkan oleh
         Rasulullah Saw kepada Abu Dzarr r.a. ketika beliau
         mewasiatkan kepadanya dengan wasiat yang agung ini, dan
         bersabda:
"Bertakwalah di manapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." [Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi dari Abi Dzar. Tirmizi berkata: hadits ini hasan sahih. Dan Al Hakim mensahihkannya atas syarat Bukhari dan Muslim, dan disetujui oleh Adz Dzahabi dan Al Baihaqi dalam Asy-Syu'ab. Dan Ahmad serta Tirmizi dan Al Baihaqi juga Thabrani meriwayatkannya pula Mu'adz. Adz Dzahabi berkata dalam kitab Muhadz-dzab: sanadnya adalah hasan. (Al Faidl: 1/121)]
Yang dimaksud adalah: seorang muslim, jika ia melakukan
         maksiat, hendaknya segera mengiringinya dengan kebaikan.
         Seperti shalat, shadaqah, puasa, perbuatan yang baik,
         istighfar, dzikr, tasbih dan lainnya, dari macam-macam
         perbuatan yang baik. Seperti firman Allah SWT :
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk." [QS. Huud: 114]
Ibnu Arabi berkata: kebaikan akan menghapus keburukan,
         baik sebelumnya atau setelahnya. Pelaksanaan kebaikan
         setelah keburukan itu lebih baik, karena perbuatan itu lahir
         dari hati, dan berpengaruh dengannya. Maka jika ia melakukan
         kebaikan, itu menunjukkan hatinya yang baik. Dan jika ia
         melakukan perbuatan yang baik, itu timbul dari pilihan hati,
         sehingga menghapus keburukan yang dilakukan sebelumnya.
         Pengertian literer sabda beliau: 'tamhuha' "akan
         menghapusnya", artinya dosa itu akan lenyap dari catatan.
         Ada yang berpendapat: maksudnya adalah, tidak diancam dengan
         hukuman atas dosanya itu. [Lihatlah: Faidlul Qadir:
         1/120] Jika kesalahannya itu adalah membicarakan keburukan orang
         lain di hadapan seesorang tertentu, maka kebaikan itu adalah
         memuji orang tadi dihadapan orang yang diajak berghibah
         sebelumnya, atau ia beristighfar kepada Allah SWT
         baginya. Jika keburukannya itu adalah mencela seseorang di hadapan
         manusia, maka kebaikannya itu adalah menghormatinya,
         memuliakannya serta menyebutnya dengan kebaikan. Orang yang kejahatannya adalah membaca buku-buku yang
         buruk, maka kebaikannya adalah membaca al Quran, kitab
         hadits serta ilmu-ilmu Islam. Orang yang keburukannya adalah
         menghardik kedua orang tua, maka kebaikannya itu adalah
         dengan berlaku sebaik-sebaiknya dengan keduanya dan
         memuliakannya serta berbuat baik kepadanya, terutama saat
         mereka dalam usia lanjut. Orang yang keburukannya adalah memutuskan silaturahmi,
         serta berbuat buruk kepada saudara, maka kebaikannya adalah
         berbuat baik kepada mereka serta berusaha menjaga
         persaudaraan, walaupun mereka memutuskannya, dan memberi
         mereka walaupun mereka belum pernah memberi. Jika keburukannya adalah duduk dalam tempat hiburan,
         main-main dan melakukan yang haram, maka kebaikannya itu
         adalah duduk di tempat kebaikan, dzikr dan ilmu yang
         bermanfaat. Jika keburukannya itu adalah bekerja di koran yang
         memusuhi Islam dan para da'inya, maka kebaikannya itu adalah
         bekerja di koran yang melawan musuh-musuh Islam itu, dengan
         menyebarkan berita yang jujur, serta pendapat yang
         lurus. Jika keburukannya adalah mengarang kitab yang
         menyesatkan, serta mengajak kepada kemungkaran dalam
         perkataan dan perbuatan, menyebarakan pemikiran yang
         menyesatkan serta mengajak kepada syahwat, maka kebaikannya
         itu adalah mengarang kitab yang melawan kecenderungan itu,
         mengajak kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma'ruf,
         serta melarang dari kemunkaran. Barang siapa yang kebaikannya adalah menyebarkan nyanyian
         yang merangsang, serta mengundang nafsu yang rendah dengan
         segala cara, maka kebaikannya adalah menyebarkan kebaikan,
         serta mengajak kepada sifat malu dan menjaga kehormatan
         diri. Barangsiapa keburukannya adalah menzhalimi manusia,
         memusuhi orang-orang lemah, serta mengganggu kehormatan
         mereka dan hak-hak material atau immaterial mereka, maka
         kebaikan mereka itu adalah berusaha menegakkan keadilan,
         berlaku jujur kepada orang yang zhalim, membela orang-orang
         yang lemah, dan berusaha memperjuangkan hak-hak mereka. Jika keburukannya adalah bergabung dengan kelompok
         penguasa yang despotis dan mendukung kebohongan mereka,
         serta membantu mereka menjalankan kezaliman mereka terhadap
         rakyat, maka kebaikannya adalah membantah orang-orang yang
         zalim itu sedapat mungkin, serta membuka kebobrokan mereka
         di hadapan massa, membongkar kelakuan buruk mereka serta
         korupsi yang mereka lakukan, sehingga manusia menjauh dari
         mereka. Inilah kebaikan yang dapat menghapuskan dosa orang yang
         melakukan keburukan semampu ia lakukan. Yaitu dengan
         melawannya, menghilangkan pengaruhnya, serta membersihkan
         diri dari pengaruhnya. Yaitu dengan meniti jalan yang
         berlawanan dari perbuatan buruk itu, seperti dijelaskan oleh
         imam Al Ghazali. Karena orang yang sakit diobati dengan
         lawannya penyakit itu. Seluruh kezaliman yang naik ke hati dengan kemaksiatan,
         maka ia tidak dapat dihapuskan kecuali dengan cahaya yang
         naik dengan perbuatan baik, yang berlawanan dengan perbuatan
         buruk itu. Yang berlawanan adalah yang berpasangan
         (baik-buruk). Demikianlah hendaknya, seluruh keburukan
         dihapuskan dengan kebaikan yang sejenisnya, semampu mungkin.
         Cara seperti ini dalam menghapus keburukan, lebih dipercaya
         dan lebih diyakini dari pada secara terus menerus
         menjalankan suatu macam ibadah tertentu saja, meskipun itu
         juga pada gilirannya akan menghapus dosanya. Cara penghapusan dosa dengan lawannya ini, diperkuat oleh
         syari'ah. Yaitu al Quran mewajibkan dalam kasus pembunuhan
         karena kealpaan dengan membebaskan budak. Karena perbudakan
         adalah semacam kematian seseorang, karena ia tidak mempunyai
         kebebasan. Dengan membebaskan budak maka terdapat
         penghidupan maknawi di dalamnya. Karena manusia tidak
         mungkin menghidupkan orang secara material dan langsung,
         maka ia dapat menghidupkannya secara maknawi, yaitu dengan
         membebaskannya. (by. media.isnet)
15.57



0 komentar:
Posting Komentar