Senin, 20 April 2015

Malu Pada Sebatang Rumput

Inspirasi Sebatang Rumput

Saat senja mulai datang….

Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang dari sebuah masjid. Belum terlalu gelap tapi waktu maghrib telah tiba. Pelan, kulangkahkan kaki. Menyongsong panggilan Sang Khalik. Entah mengapa, orientasi saya selalu tak baik. Ketika sedang dilanda berbagai beban, mulai rajin kembali ke masjid untuk sholat berjamaah. Saat hidup dipenuhi beragam rejeki dan taburan kebahagiaan, sering lupa diri. Berkaca pada kondisi yang demikian saya selalu merasa berdosa. Tak adil memang saya. Tapi sudahlah, saya akan coba berdialog lagi dengan Allah.

Sampai di depan masjid…

Sekilas tak ada yang baru. Beberapa minggu lalu, memang halaman telah dipasang paving blok. Halaman yang semula berumput diganti dengan blok-blok, cor-coran pasir dan semen. Katanya untuk memudahkan parkir kendaraan. Juga, direncanakan untuk mengantisipasi jamaah yang membludak kelak saat ramadhan tiba. Setelah saya padang lagi, eh ternyata ada yang baru rupanya. Satu hal yang baru itu memang terlihat remeh, terlihat kecil, tapi justru memberikan inspirasi kepada saya. Ya, inspirasi sebatang rumput.

Sebenarnya, inspirasi itu datangnya setelah sholat. Saya merenung lebih dalam lagi. Halaman itu awalnya tumbuh rumput yang lebat, kemudian tertutup pasir dan paving blok. Jelas, rumput tak leluasa bisa tumbuh untuk beberapa hari, bahkan berminggu lamanya. Rupanya, rumputpun tak hanya diam begitu saja. Tetap ingin tumbuh. Ia mencari jalan keluar melalui sela-sela paving blok. Satu batang muncul, kemudian menyembul beberapa batang yang lain. Begitu seterusnya. Tadi saya melihat rumput-rumput itu sudah lumayan banyak tumbuh melalui sela-sela paving blok.

Melihat fenomena ini saya tertegun. Saya merenung.

Saya kembali bercermin pada diri saya. Sesuatu yang saya rasakan saat ini. Jujur, ada beban berat yang hari ini saya mesti pikul. Tak begitu penting sepertinya untuk diketahui publik. Hanya, saya sekedar ingin membagi perenungan tentang sebatang rumput yang terus tumbuh di halaman masjid itu dengan kondisi yang saya rasakan saat ini.

Rumput itu tentu punya masalah juga. Awalnya ia begitu leluasa tumbuh, mendapat siraman hujan dan sentuhan sinar mentari yang membuatnya bisa berkembang lebat di halaman masjid. Setelah tertimpa pasir dan paving blok masalah datang, kalau bisa menangis, rumput itu bisa jadi telah menangis. Tapi, mungkin hanya sebentar saja. Lantas, rumputpun tak hanya berdiam diri. Terus mencari jalan keluarnya hingga kemudian bisa menyembul kembali di sela-sela paving blok itu. Padat cerita, rumput itu telah berhasil mengatasi kesulitan dalam hidupnya. Telah bisa tumbuh kembali.

Lewat sebatang rumput inilah saya berkaca. Saya yakin, Allah tak akan menguji hambanya dengan cobaan yang tak bisa dilaluinya. Saya yakin semua masalah yang ada dan hadir dalam kehidupan saya pasti teratasi, pasti ada jalan keluarnya. Kuncinya, seperti rumput tadi, bisa menemukan celahnya, bisa menemukan titik terang jalan keluar yang mesti harus ditempuh. Sudah pasti, dengan kesabaran tentunya.

Inilah inspirasi dan pelajaran dari sebatang rumput. Saya punya beban, punya masalah. Dan saya yakin kita semua juga punya masalah. Tugas kita memang tidak lari dari masalah itu, tapi menghadapinya dengan jiwa tenang. Dengan usaha sekuat tenaga. Celah-celah untuk keluar dari masalah pasti ada. 

Dan, kita kelak pasti akan menemukan titik terangnya. Begitulah. Hari ini kita belajar kepada sebatang rumput untuk keluar dari beban masalah yang kita rasakan. Kita harus hadapi masalah dengan gagah, bukan justru lari dari kenyataan. Kalau ini yang terjadi, kita pantas malu pada sebatang rumput itu.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution