Saat senja mulai datang….
Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang dari
sebuah masjid. Belum terlalu gelap tapi waktu maghrib telah tiba.
Pelan, kulangkahkan kaki. Menyongsong panggilan Sang Khalik. Entah
mengapa, orientasi saya selalu tak baik. Ketika sedang dilanda berbagai
beban, mulai rajin kembali ke masjid untuk sholat berjamaah. Saat hidup
dipenuhi beragam rejeki dan taburan kebahagiaan, sering lupa diri.
Berkaca pada kondisi yang demikian saya selalu merasa berdosa. Tak adil
memang saya. Tapi sudahlah, saya akan coba berdialog lagi dengan Allah.
Sampai di depan masjid…
Sekilas tak ada yang baru. Beberapa minggu lalu,
memang halaman telah dipasang paving blok. Halaman yang semula berumput
diganti dengan blok-blok, cor-coran pasir dan semen. Katanya untuk
memudahkan parkir kendaraan. Juga, direncanakan untuk mengantisipasi
jamaah yang membludak kelak saat ramadhan tiba. Setelah saya padang
lagi, eh ternyata ada yang baru rupanya. Satu hal yang baru itu
memang terlihat remeh, terlihat kecil, tapi justru memberikan inspirasi
kepada saya. Ya, inspirasi sebatang rumput.
Sebenarnya, inspirasi itu datangnya setelah sholat.
Saya merenung lebih dalam lagi. Halaman itu awalnya tumbuh rumput yang
lebat, kemudian tertutup pasir dan paving blok. Jelas, rumput tak
leluasa bisa tumbuh untuk beberapa hari, bahkan berminggu lamanya.
Rupanya, rumputpun tak hanya diam begitu saja. Tetap ingin tumbuh. Ia
mencari jalan keluar melalui sela-sela paving blok. Satu batang muncul,
kemudian menyembul beberapa batang yang lain. Begitu seterusnya. Tadi
saya melihat rumput-rumput itu sudah lumayan banyak tumbuh melalui
sela-sela paving blok.
Melihat fenomena ini saya tertegun. Saya merenung.
Saya kembali bercermin pada diri saya. Sesuatu yang
saya rasakan saat ini. Jujur, ada beban berat yang hari ini saya mesti
pikul. Tak begitu penting sepertinya untuk diketahui publik. Hanya, saya
sekedar ingin membagi perenungan tentang sebatang rumput yang terus
tumbuh di halaman masjid itu dengan kondisi yang saya rasakan saat ini.
Rumput itu tentu punya masalah juga. Awalnya ia
begitu leluasa tumbuh, mendapat siraman hujan dan sentuhan sinar mentari
yang membuatnya bisa berkembang lebat di halaman masjid. Setelah
tertimpa pasir dan paving blok masalah datang, kalau bisa menangis,
rumput itu bisa jadi telah menangis. Tapi, mungkin hanya sebentar saja.
Lantas, rumputpun tak hanya berdiam diri. Terus mencari jalan keluarnya
hingga kemudian bisa menyembul kembali di sela-sela paving blok itu.
Padat cerita, rumput itu telah berhasil mengatasi kesulitan dalam
hidupnya. Telah bisa tumbuh kembali.
Lewat sebatang rumput inilah saya berkaca. Saya
yakin, Allah tak akan menguji hambanya dengan cobaan yang tak bisa
dilaluinya. Saya yakin semua masalah yang ada dan hadir dalam kehidupan
saya pasti teratasi, pasti ada jalan keluarnya. Kuncinya, seperti rumput
tadi, bisa menemukan celahnya, bisa menemukan titik terang jalan keluar
yang mesti harus ditempuh. Sudah pasti, dengan kesabaran tentunya.
Inilah inspirasi dan pelajaran dari sebatang
rumput. Saya punya beban, punya masalah. Dan saya yakin kita semua juga
punya masalah. Tugas kita memang tidak lari dari masalah itu, tapi
menghadapinya dengan jiwa tenang. Dengan usaha sekuat tenaga.
Celah-celah untuk keluar dari masalah pasti ada.
Dan, kita kelak pasti
akan menemukan titik terangnya. Begitulah. Hari ini kita belajar kepada
sebatang rumput untuk keluar dari beban masalah yang kita rasakan. Kita
harus hadapi masalah dengan gagah, bukan justru lari dari kenyataan.
Kalau ini yang terjadi, kita pantas malu pada sebatang rumput itu.
0 komentar:
Posting Komentar