Selasa, 21 April 2015

Tinggalkan Kemubaziran

Amal Sia-sia, Hidup Tiada Guna

Syaitan tidak melulu membisikkan pada manusia untuk membuat dosa. Ada tikanya syaitan membawa manusia suatu perbuatan yang tidak dinilai sebagai dosa, namun kosong dari manfaat dan pahala. Walaupun dilihat hanya hal yang ringan, namun dampak yang ditimbulkan tidak sederhana. Itu hanya usaha ringan syaitan untuk menggiring manusia ke arah dosa. Ada dua sebab yang dikatakan dosa, fi'ul mahdzur dan tarkul ma'mur, iaitu menunaikan larangan dan meninggalkan perintah. Orang yang sibuk dengan perkara yang sia-sia, aktiviti yang tidak berguna, lambat laun akan meninggalkan kewajipan. Baik dalam bentuk kurang sempurna, bahkan pada batas tertentu akan terus meninggalkan kewajipan kerana terlalu asyik dengan perkara yang mubah.

Senang Kepada yang Sia-sia, Petanda Lemah Iman

Sudah saatnya, sebelum melakukan sesuatu aktiviti, kita perlu bertanya apa manfaat yang akan kita dapat, apakah dapat pahala atau tidak. Bukan sekadar dosa atau tidak dosa. Syeikh Shalih al-Munajid bahkan menyebut bahawa salah satu petanda lemah iman adalah ketika pertimbangan seseorang melakukan sesuatu hanya sekadar bertanya, "Ini dosa atau tak?", dan tidak bertanya, "Ini berfaedah atau tidak?".

Nabi saw menyuhruh umatnya menjauhi perkara tabdzir, boros dan menghabiskan segala potensi untuk perkara yang sia-sia. Bahkan menjadikannya sebagai petanda baiknya keislaman seseorang. Baginda bersabda.

"Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya." (HR Ahmad)

Semakin banyak perkara sia-sia yang ditinggalkan, semakin baik keislaman seseorang, begitu pula seballiknya.


Kerana Semua Akan Ditanya

Segala potensi, peluang dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita akan ditanya. Umur kita yang berlalu untuk siapa. Berapa masa yang kita beramal baik, dan berapa pula yang kita sibuk berbuat dosa. Termasuk berapa lama yang kita hamburkan secara sia-sia.

Nanti akan ada orang yang malu ketika di dalam lembaran amalnya, banyak terisi dengan catatan yang tiada hubung kait dengan tujuan penciptaannya. Ia mengelola hidupnya tidak sesuai dengan perintah Penciptanya. Ia telah tabdzir, menghabiskan umur tanpa faedah. Berapa lamapun ksesempatan hidup yang diberikan, tetap tidak berguna.

Jasad Akan Ditanya

"Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir." (Qaaf:18)

Betapa ruginya kita, jika ternyata catatan itu penuh dengan kata sia-sia yang tiada kaitan dengan zikrullah, mengajak yang ma'ruf, mencegah yang munkar, atau kata-kata yang mengandungi unsur kebaikan.

"Takutlah kalian terhadap neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma, barangsiapa yang tidak memiliki sebutir kurma, maka hendaklah ia berkata sesuatu yang baik." (HR Bukhori)

Selain ucapan, apa saja menu yang dinikmati oleh mata kita, makanan ap yang masuk ke dalam perut kita dan suara apa pula yang sengaja dinikmati oleh telingan kita juga tak luput dari pertanyaan. Bergitu juga dengan kaki, tangan dan seluruh jasad kita. Jika seluruhnya adalah ketaqwaan, maka beruntunglah kita. Atau perbuatan sia-sia dan tidak berguna? Nas'alullahal 'afiyah, semoga Allah menghindarkan kita darinya. Kuatnya tenaga, jernihnya pandangan mata, kepekaan telinga, fasihnya bicara dan merdunya suara tak bererti apa-apa jika kita kerahkan itu semua untuk hal-hal yang tidak berguna.

Sahabatku dari sekarang tinggalkan segala kemubaziran gunakan segala potensi dan peluang untuk kebaikan agar hidup tidak sia-sia.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution