Amal Sia-sia, Hidup Tiada Guna
Syaitan tidak melulu membisikkan pada manusia untuk membuat
dosa. Ada tikanya syaitan membawa manusia suatu perbuatan yang tidak
dinilai sebagai dosa, namun kosong dari manfaat dan pahala. Walaupun
dilihat hanya hal yang ringan, namun dampak yang ditimbulkan tidak
sederhana. Itu hanya usaha ringan syaitan untuk menggiring manusia ke
arah dosa. Ada dua sebab yang dikatakan dosa, fi'ul mahdzur dan tarkul
ma'mur, iaitu menunaikan larangan dan meninggalkan perintah. Orang yang
sibuk dengan perkara yang sia-sia, aktiviti yang tidak berguna, lambat
laun akan meninggalkan kewajipan. Baik dalam bentuk kurang sempurna,
bahkan pada batas tertentu akan terus meninggalkan kewajipan kerana
terlalu asyik dengan perkara yang mubah.
Senang Kepada yang Sia-sia, Petanda Lemah Iman
Sudah
saatnya, sebelum melakukan sesuatu aktiviti, kita perlu bertanya apa
manfaat yang akan kita dapat, apakah dapat pahala atau tidak. Bukan
sekadar dosa atau tidak dosa. Syeikh Shalih al-Munajid bahkan menyebut
bahawa salah satu petanda lemah iman adalah ketika pertimbangan
seseorang melakukan sesuatu hanya sekadar bertanya, "Ini dosa atau
tak?", dan tidak bertanya, "Ini berfaedah atau tidak?".
Nabi saw
menyuhruh umatnya menjauhi perkara tabdzir, boros dan menghabiskan
segala potensi untuk perkara yang sia-sia. Bahkan menjadikannya sebagai
petanda baiknya keislaman seseorang. Baginda bersabda.
"Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya." (HR Ahmad)
Semakin banyak perkara sia-sia yang ditinggalkan, semakin baik keislaman seseorang, begitu pula seballiknya.
Kerana Semua Akan Ditanya
Segala
potensi, peluang dan kesempatan yang Allah berikan kepada kita akan
ditanya. Umur kita yang berlalu untuk siapa. Berapa masa yang kita
beramal baik, dan berapa pula yang kita sibuk berbuat dosa. Termasuk
berapa lama yang kita hamburkan secara sia-sia.
Nanti akan ada
orang yang malu ketika di dalam lembaran amalnya, banyak terisi dengan
catatan yang tiada hubung kait dengan tujuan penciptaannya. Ia mengelola
hidupnya tidak sesuai dengan perintah Penciptanya. Ia telah tabdzir,
menghabiskan umur tanpa faedah. Berapa lamapun ksesempatan hidup yang
diberikan, tetap tidak berguna.
Jasad Akan Ditanya
"Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir." (Qaaf:18)
Betapa
ruginya kita, jika ternyata catatan itu penuh dengan kata sia-sia yang
tiada kaitan dengan zikrullah, mengajak yang ma'ruf, mencegah yang
munkar, atau kata-kata yang mengandungi unsur kebaikan.
"Takutlah
kalian terhadap neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma,
barangsiapa yang tidak memiliki sebutir kurma, maka hendaklah ia berkata
sesuatu yang baik." (HR Bukhori)
Selain ucapan, apa saja menu
yang dinikmati oleh mata kita, makanan ap yang masuk ke dalam perut kita
dan suara apa pula yang sengaja dinikmati oleh telingan kita juga tak
luput dari pertanyaan. Bergitu juga dengan kaki, tangan dan seluruh
jasad kita. Jika seluruhnya adalah ketaqwaan, maka beruntunglah kita.
Atau perbuatan sia-sia dan tidak berguna? Nas'alullahal 'afiyah, semoga
Allah menghindarkan kita darinya. Kuatnya tenaga, jernihnya pandangan
mata, kepekaan telinga, fasihnya bicara dan merdunya suara tak bererti
apa-apa jika kita kerahkan itu semua untuk hal-hal yang tidak berguna.
Sahabatku dari sekarang tinggalkan segala kemubaziran gunakan segala
potensi dan peluang untuk kebaikan agar hidup tidak sia-sia.
0 komentar:
Posting Komentar