Matinya Rasa Malu
Malu adalah suatu sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu merupakan salah satu kategori akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah). “Malu adalah bagian dari keimanan seseorang.” (HR al-Hakim dan Baihaqi).
Perasaan malu itu meliputi tiga hal. Pertama, malu kepada diri
sendiri, yakni perasaan malu di dalam hati, di kala akan melanggar
larangan Allah. Kedua, malu kepada orang lain, yakni menjaga semua
anggota badan dan gerak-geriknya dari hawa nafsu. Setiap akan melakukan
perbuatan yang rendah, ia akan tertegun, tertahan, dan akhirnya tidak
jadi berbuat. Karena desakan malunya, takut berbuat yang buruk, takut
menerima siksaan Allah di akhirat kelak. Ketiga, malu kepada Allah,
artinya jika ia melakukan kekejian akan mendapat siksa yang pedih. Malu
kepada Allah merupakan sendi utama dan dasar budi pekerti yang mulia.
“Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu.” (HR Tirmidzi).
Setiap orang mempunyai rasa malu, entah besar ataupun kecil. Malu itu
merupakan kekuatan preventif (pencegahan) guna menghindarkan diri dalam
kehinaan atau terulangnya kesalahan serupa. Akan tetapi, rasa malu itu
bisa luntur dan pudar, hingga akhirnya lenyap (mati) karena berbagai
sebab. Jika malu sudah mati dalam diri seseorang, berarti sudah tak ada
lagi kebaikan yang bisa diharapkan dari dirinya. Ibarat kendaraan,
remnya sudah blong atau tidak dapat berfungsi lagi. “Jika engkau tidak
tahu malu lagi, perbuatlah apa saja yang engkau kehendaki.” (HR Bukhari
dan Muslim).
Dapat dibayangkan, bila rasa malu itu telah hilang dalam diri
seseorang, segala perilakunya makin sulit dikendalikan. Sebab, dia akan
melakukan berbagai perbuatan tak terpuji, seperti korupsi, menyontek,
menipu, mempertontonkan aurat dengan pakaian yang seksi dan mini,
berzina, mabuk-mabukan, pembajakan, pelecehan seksual, dan pembunuhan.
Mereka sudah dikuasai oleh nafsu serakah. Orang yang sudah dikuasai
nafsu serakah dan tidak ada lagi rasa malu dalam dirinya maka
perbuatannya sama dengan perilaku hewan yang tidak punya akal, kecuali
sekadar nafsu.
Hilangnya rasa malu pada diri seseorang merupakan awal datangnya
bencana pada dirinya. “Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak
membinasakan seseorang, maka dicabutnya rasa malu dari orang itu. Bila
sifat malu sudah dicabut darinya, maka ia akan mendapatinya dibenci
orang, malah dianjurkan orang benci padanya. Jika ia telah dibenci
orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut
darinya, kamu akan mendapatinya sebagai seorang pengkhianat. Jika telah
menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang
kasih sayangnya, maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika ia telah
menjadi orang terkutuk maka lepaslah tali Islam darinya.” (HR Ibnu
Majah).
“Malu adalah bagian dari keimanan seseorang.” (HR al-Hakim dan
Baihaqi).
Hilangnya rasa malu, berarti mulai menipisnya rasa keimanan
dalam dirinya. Dan, jika keimanan sudah semakin hilang, perbuatannya
akan jauh dari rida Allah SWT. Naudzubillah.
0 komentar:
Posting Komentar