Sudah Berapa Banyak Bekal Kita?
Ketika harga-harga membumbung tinggi akibat kenaikan
BBM dan makanan, kita masih sering resah. Kita takut kelaparan. Namun
pernahkah kita takut bekal amal di akhirat semakin surut dan bahkan
minus?
Senantiasa dalam perjalanan kehidupan ini ada terminal dimana sejenak
berhenti. Beberapa menit untuk duduk merenungkan perjalanan. Sudah
berapa jauh perjalanan kita menuju Pintu Gerbang Kematian? Seberapa
banyak bekal yang akan kita bawa memasuki Dunia Baru?
Pertanyaan-pertanyaan ini sekali-kali kita perlu angkat, di tengah kesibukan kerja dan belajar. Atau di tengah kesibukan beraktivitas sosial.
Bekal kehidupan di akhirat pasti lebih penting daripada hanya dalam kehidupan di dunia yang fana. Ketika harga-harga membumbung tinggi akibat kenaikan BBM dan makanan, kita masih sering resah. Kita takut kelaparan. Namun pernahkah kita takut bekal amal di akhirat semakin surut dan bahkan minus?
Kembali kita lihat dan bandingkan. Betapa kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal. Lalu mengapa kita lebih resah dengan berbagai berita tentang kenaikan di sekeliling kita. Sudah saatnya kita menjenguk lebih tajam ruhani kita untuk menabung bekal amal.
Amal shaleh itu tidak harus memerlukan energi banyak dan biaya besar. Dengan berdziki, bersyukur kepada Allah SWT, maka tabungan akan mengalir terus. Dengan beramal maka akan berbunga dan semakin besar bekal kita. Sungguh Allah Maha Adil, menambah bekal itu bisa dilakukan dengan gratis !
Berbeda dengan berbuat yang lain harus mengendarai mobil atau harus mengeluarkan uang transportasi. Menambah bekal hanya dengan berdzikir sudah sungguh luar biasa besarnya. Lalu mengapa kita masih resah dengan dunia fana ini.
Tiba waktunya untuk bangkit menambah bekal. Tidak duduk termenung merenungkan nasib. Merenungkan kesedihan, kemunduran, kegagalan, kekesalan dan kemelaratan. Amal Shaleh bisa dibangun dengan mulai lidah ini bertasbih, bertahmid dan bertakbir. Ya, betapa mudah dan betapa indahnya amalan dalam Islam. Bahkan untuk melafalkan dzikir Anda tidak perlu ijin atasan, pembesar, ulama atau mertua. Mulailah menamah bekal amal ini.
Bersyukurlah kepada Allah.
Pertanyaan-pertanyaan ini sekali-kali kita perlu angkat, di tengah kesibukan kerja dan belajar. Atau di tengah kesibukan beraktivitas sosial.
Bekal kehidupan di akhirat pasti lebih penting daripada hanya dalam kehidupan di dunia yang fana. Ketika harga-harga membumbung tinggi akibat kenaikan BBM dan makanan, kita masih sering resah. Kita takut kelaparan. Namun pernahkah kita takut bekal amal di akhirat semakin surut dan bahkan minus?
Kembali kita lihat dan bandingkan. Betapa kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal. Lalu mengapa kita lebih resah dengan berbagai berita tentang kenaikan di sekeliling kita. Sudah saatnya kita menjenguk lebih tajam ruhani kita untuk menabung bekal amal.
Amal shaleh itu tidak harus memerlukan energi banyak dan biaya besar. Dengan berdziki, bersyukur kepada Allah SWT, maka tabungan akan mengalir terus. Dengan beramal maka akan berbunga dan semakin besar bekal kita. Sungguh Allah Maha Adil, menambah bekal itu bisa dilakukan dengan gratis !
Berbeda dengan berbuat yang lain harus mengendarai mobil atau harus mengeluarkan uang transportasi. Menambah bekal hanya dengan berdzikir sudah sungguh luar biasa besarnya. Lalu mengapa kita masih resah dengan dunia fana ini.
Tiba waktunya untuk bangkit menambah bekal. Tidak duduk termenung merenungkan nasib. Merenungkan kesedihan, kemunduran, kegagalan, kekesalan dan kemelaratan. Amal Shaleh bisa dibangun dengan mulai lidah ini bertasbih, bertahmid dan bertakbir. Ya, betapa mudah dan betapa indahnya amalan dalam Islam. Bahkan untuk melafalkan dzikir Anda tidak perlu ijin atasan, pembesar, ulama atau mertua. Mulailah menamah bekal amal ini.
Bersyukurlah kepada Allah.
Simak dan renungkan:
Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki. {Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.} (QS. Ibrahim: 34) Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.
{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.} (QS. Luqman: 20)
Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki. {Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?} (QS. Ar-Rahman: 13)
Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah? Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit? 3 Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian.
Coba renungkan dan raba kembali mata Anda
yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit
lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda
yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. Adakah
Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau
menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau
membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga
Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara,
sementara tangan Anda buntung? Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam
kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak
menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisash,
meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar
untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk
terus berbuat.
Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah! {Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.} (QS. Adz-Dzariyat: 21)
Pikirkan
dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan,
kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah
termasuk golongan {Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}
(QS. An-Nahl: 83)
(QS. An-Nahl: 83)
0 komentar:
Posting Komentar