Sekilas Tentang Keadaan Surga Dan Neraka
Jika Allah sudah selesai memperhitungkan amal hamba-hambaNya, para
penghuni surga akan dimasukan ke dalam surga dan para penghuni neraka
dicampakkan ke dalam neraka. Keimanan pada kebenaran ini adalah bagian
dari keimanan pada Allah. Tidaklah benar iman seseorang yang beriman
kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka. Surga dan neraka
adalah salah satu alam gaib Allah, sebagaimana halnya malaikat, hari
akhir, dan cara perhitungan amal. Selanjutnya, keimanan pada Allah
berarti beriman pada yang gaib, sebagaiman telah dibahas sebelumnya.
Allah
memberitahukan kepada kita bahwa Dia mempunyai hamba-hamba yang akan
masuk surga dan yang akan masuk neraka. Allah memberikan kabar gembira
kepada orang-orang beriman dengan surga dan kenikmatannya, sama seperti
halnya Dia menakut-nakuti hamba-hamba yang kafir dengan neraka dan
siksaan di dalamnya.
Ketika menggambarkan neraka, Allah berfirman:
Bagi
mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun
lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti
hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai
hamba-hamba-Ku.( Az Zumar : 16 )
Ketika menggambarkan surga, Allah berfirman:
Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya. ( Al Baqarah :25)
Sebelum
membahas masalah pahala yang diletakan Allah di dunia, saya bermaksud
menarik perhatian pembaca pada suatu hal pokok, yakni bahwa surga dan
neraka adalah gaib.Segala sesuatu yang disebutkan tentang surga dan
neraka tak lain dimaksudkan untuk memudahkan akal memahami maknanya.
Allah berfirman :
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan
mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ ;56)
Ketika
Allah berfirman bahwa ada neraka yang membakar kulit, lalu Dia
menggantikan kulitnya dengan kulit yang lain agar terus-menerus dibakar,
di sini kita memahami bahwa tubuh manusia tidaklah sama seperti ketika
di dunia ini. Ada sesuatu yang tidak diketahui terjadi pada tubuh
manusia dan membuatnya tidak mati. Dari
realitas kehidupan di muka bumi, kita tahu bahwa jika api membakar
kulit seseorang seluruhnya, ia akan mati seketika. Lalu, bagaimana api
di akhirat membakar kulit manusia dan Allah menggantikannya dengan kulit
lain agar pembakaran terus berlangsung? Apakah kematian akan mati di
Hari kiamat kelak? Atau, apakah kita akan menjadi mahluk lain yang
memperoleh berbagai siksaan di neraka Jahim atau memperoleh segala macam
kenikmatan di surga?
Alquran menunjukkan adanya perbedaan wujud manusia di dunia dengan penciptaan yang baru di akhirat, di Hari Kiamat kelak:
Kami telah menentukan kematian di antara kalian. Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan…
Al
quran tidak memberitahukan wujud lain manusia di akhirat kelak.
Meskipun demikian, ia menyebutkan dengan jelas bahwa penciptaan bentuk
lain ini berada dari penciptaan wujud pertama di dunia. Mungkin inilah
benang pertama menakutkan yang mengantarkan kita menuju apa yang
dijanjikan Allah. Kekuatan manusia untuk menanggung beban di muka bumi
ini dibatasi oleh kehidupan dan tubuhnya. Sementara itu, kekuatan
manusia untuk menanggung beban sesudah kebangkitannya dari kematian di
akhirat kelak tidak dibatasi oleh apa pun. Dengan kata lain, kenikmatan
dan siksaan di akhirat berlangsung terus-menerus dan bersifat kekal.
Inilah hakikat pertama yang cukup untuk menyulut ketakutan dalam hati
manusia. Usia relatif manusia di muka bumi ini berkisar antara enam
puluh sampai seratus tahun, meskipun ada yang lebih dari itu. Namun,
kelebihan itu tidaklah banyak. Dari segi ruang dan waktu, apakah
bertahun-tahun ini sama dengan siksaan yang tidak pernah berhenti?
Alquran memberitahukan kepada kita bahwa keras dan pedihnya azab Allah
menyebabkan orang-orang kafir ingin mati dan berteriak.
Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Az Zukhruf : 77)
Malik
adalah nama salah satu malaikat penjaga neraka yang sangat kasar. Para
penghuni abadi neraka mencari perantara lewat Malik untuk mengantarkan
mereka kepada Tuhannya, agar Dia mematikan mereka dan mengambil putusan
atas mereka. Dengan singkat, jelas, pasti dan penuh ketenangan, Malik
menjawab, “Kamu akan tetap tinggal di sini.” Jadi, tidak ada angan-angan
untuk dapat keluar dari neraka dan tidak juga angan-angan untuk mati.
Tidak ada jalan menuju peristirahatan.
Seorang penyair, Abu Thayyib al-Mutannabi, mengatakan:
Cukuplah menjadi penyakit bagimu bila engkau
memandang kematian sebagai obat,
Cukuplah kematian itu menjadi sebuah angan-angan.
Gambaran
khayalan dalam syair di atas berubah menjadi kenyataan yang
sesungguhnya dan dialami oleh orang-orang kafir dalam neraka. Mereka
semua mengharapkan kematian agar dapat selamat dari azab. Namun, tidak
ada lagi yang namanya kematian. Mereka semua dicampakan ke tempat yang
penuh dengan kekerasan dan ketakutan, yang tidak pernah kenyang dan
selalu menuntut tambahan. Allah berfirman:
(Dan
ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya kepada jahannam :
“Apakah kamu sudah penuh?” Dia menjawab : “Masih ada tambahan?” (Qaaf : 30)
Seorang
mujahid mengatakan, di sana sama sekali tidak ada ucapan hanya saja, di
sana terjadi pembicaraan dalam bentuk kiasan mengenai keadaan jahanam,
bahwa ia telah terisi penuh dengan shingga tidak ada lagi tempat kosong.
Kami tidak punya alasan untuk menolak pemahaman seperti ini, karena
neraka adalah salah satu mahluk Allah. Di Hari Kiamat kelak, akan ada
pembicaraan. Hari Kiamat akan membalikkan sifat dan tabiat segala
sesuatu. Tangan dan kaki dapat berbicara. Kulit dan pendengaran dapat
memberikan kesaksian. Jika anda renungkan dan perhatikan pertanyaan
orang-orang kafir ihwal mengapa segenap anggota tubuh mereka menjadi
saksi atas diri mereka, niscaya anggota-anggota tubuh itu menjawab bahwa
Allah, yang membuat segala sesuatu berkata, menjadikan mereka mampu berkata juga.
Jika
kita perhatikan hal itu, kita akan tahu bahwa tidaklah aneh kalau
terjadi pembicaraan dengan neraka di Hari Kiamat kelak. Pembicaraan
neraka selaras dengan suasan menakutkan yang digambarkan oleh Allah
tentang azab-Nya yang ingin sekali sekiranya mungkin ditebus oleh
orang-orang kafir dengan semua orang yang dicintainya. Allah berfirman :
…Orang
kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari
itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, kaum familinya
yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di atas bumi seluruhnya.
Kemudian, (ia mengharapkan), tebusan itu dapat menyelamatkannya.
Sekali-kali tidak dapat…(Qaaf :11-15)
Namun,
angan-angan dan harapan orang-orang kafir untuk dapat menebus azab itu
dan tidak akan pernah terwujud selamanya. Pada akhirnya, mereka semua
akan masuk neraka karena beberapa faktor. Allah berfirman:
“Kecuali
golongan kanan, berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang
(keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.” (Al Muddatstsir : 39-47)
Dengan
demikian orang-orang kafir mengakui faktor-faktor penyebab mereka
dimasukkan ke dalam neraka. Begitulah, manusia masuk kedalam neraka
Jahim karena amal-amal mereka. Akan tetapi, manusia masuk ke dalam surga
berkat rahmat Allah, sebab amal manusia saja belumlah memadai untuk
bisa memasukkannya ke dalam surga. Allah memperkenankan manusia masuk ke
dalam surga-Nya karena rahmat-Nya, meskipun Allah menisbatkannya kepada
amal manusia. Rasulullah saw. pernah berkata,
“Tidak
ada seorang pun di antara kalian masuk surga karena amalnya.” Para
sahabat bertanya, “Bahkan engkau sendiri, Ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Bahkan aku sendiri, kecuali bila Allah meliputiku dengan
rahmat-Nya.”
Hakikat
ini tidak menghapus ketentuan bahwa pintu surga terbuka buat
orang-orang yang menjual dirinya kepada-Nya, berperang di jalan-Nya,
menyembah-Nya, bersujud dan ruku’ kepada-Nya, dan memlihara hukum-hukum
Allah.
Dalam Alquran, Allah menggambarkan sifat para penghuni surga:
Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka
dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah;
lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang
benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang
lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,
yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat
ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum
Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. ( At Taubah :111-112 )
Akidah
Islam berlandaskan keimanan pada surga dan neraka, yakni keimanan pada
kenimatan surga dan azab neraka. Kenikmatan surga dan azab neraka tidak
hanya bersifat sensual atau inderawi. Ada kaidah pokok yang menjamin
keberadaan surga dan neraka, yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam
sebuah hadis. Diriwayatkan dari Abu Hurayrah bahwa Nabi Muhammad
bersabda, “Allah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang salih sesuatu
yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak
pernah terlintas dalam hati manusia. Jika kalian menginginkannya,
bacalah ayat Alquran: Seseorang pun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka, yakni (bermacam-macam nikmat) yang dapat
menyedapkan pandangan.” ( As Sajdah :17 ) (H.R Bukhari).
Sabda
Nabi Muhammad diatas berkenaan dengan surga. Ini berkebalikan
pemahamannya (bi-mafhum al-mukhalafah) dengan neraka. Dengan kata lain,
Allah telah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang kafir sesuatu yang
tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak
pernah terlintas dalam hati manusia. Allah berfirman:
…Lalu
diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah
dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. ( Al Hadiid :13 )
Jadi
kenikmatan di akhirat tidak sama dengan kenikmatan dunia. Azab akhirat
tidak sama dengan azab dunia. Sifat-sifatnya berbeda, meskipun
sebutannya sama. Tidak ada sesuatu pun disurga yang sama dengan apa yang
ada di dunia. Hanya namanya saja yang sama. Begitu pula halnya dengan
neraka. Kita
tidak menjelaskan perihal kenikmatan tertinggi di dalam surga
sebagaimana di gambarkan oleh akidah Islam. Demikian juga, kita tidak
menjelaskan ihwa azab paling menakutkan di neraka. Buah-buahan, bidadari
bermata jeli, daging buruan, dan segala macam kenikmatan di dalam surga
berada di luar jangkauan pemkiran kita. Demikian pula halnya dengan
neraka Jahim yang membakar kulit, melumatkan perut, dan mendidihkan otak
manusia semuanya berada di luar jangkauan pemikiran kita.
Kita
berbicara tentang Allah. Orang-orang yang beribadah kepada Allah karena
takut pada api neraka-Nya mirip seorang budak yang takut kepada
tuannya. Mereka yang beribadah kepada Allah karena menginginkan
surga-Nya mirip seorang budak yang menginginkan harta kekayaan tuannya.
Ketakutan dan keinginan tidak menjadi masalah selama keduanya
berorientasi kepada Allah. Namun, di atas keinginan dan ketakutan itu,
ada sebuah puncak yang tidak akan pernah bisa kita capai. Puncak
dari segalanya dan akar dari kehidupan orang-orang yang menempuh
perjalanan menuju Tuhannya adalah Allah Yang Mahasuci, Mahaagung,
Mahamulia, Yang Menutup dir-Nya dari penghuni neraka karena
kemurkaan-Nya kepada mereka, dan membuka cahaya hijab-Nya yang suci agar
para penghuni surga bisa melihat-Nya.
Tentang para penghuni neraka, Allah berfirman:
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.( Al Muthaffifin : 15)
Tentang para penghuni surga, Allah berfirman:
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat. ( Al Qiyaamah : 22-23)
Pada
waktu itu, neraka akan menampakkan wujud hakikinya dan mulailah azab
bagi orang-orang yang tertutup dari Allah. Begitu pula, surga
memperlihatkan wujud hakikinya dan mulailah kenikmatan bagi orang-orang
yang diperkenankan melihat Allah. Neraka dan Surga tidak terlihat, dan
tampaklah hakikat yang sangat besar. Yang ada hanyalah neraka yang jauh
dari Allah dan, di samping itu, kenikmatan melihat wajah-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar