Sifat Rela dan Menerima Takdir Allah
Apabila seseorang mukmin berlaku sabar dalam menghadapi musibah, dan
berlaku demikian karena ingin mendapat pahala dari Allah, maka Allah
takkan mengecewakannya. Bahkan Allah akan menggantinya dengan yang lebih
baik.
Hendaknya seseorang berlaku sabar ketika musibah menimpanya, karena hal
ini merupakan batu ujian baginya. Apabila ia rela, maka ia akan mendapat
kerelaan dari Allah. Dan apabila ia berlaku tidak rela, maka Allah pun
akan murka kepadanya.
Rasulullah SAW bersabda :
إن عظم الجراء من عظم البلاء وان الله اذا حب قوما ابتلاهم, فمن رضي فله الرضى, ومن سخط فله السخط (رواه الترمذى وابن ماجة
“Sesungguhnya, agungnya pahala itu terletak pada besarnya cobaan.
Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan mencobanya. Maka
barangsiapa rela menghadapinya, Allah akan merestuinya, dan barangsiapa
yang berlaku sebaliknya, maka Allah akan murka kepadanya”.( Hadits
riwayat Turmudzi dan Ibnu Majah )
Obat yang paling mujarab bagi orang yang tertimpa musibah ialah berlaku
taat kepada Allah dan menjalankan perbuatan yang diridlainya. Karena,
rahasia cinta kepada Allah itu ialah berlaku sabar dan rela dalam
menghadapi takdir-Nya.
Apabila musibah yang menimpa seseorang dapat mengakibatkan ia tersesat
dan meninggalkan kewajiban-kewajiban, serta melakukan hal-hal yang
diharamkan Allah, maka ia termasuk golongan orang-orang yang binasa. Dan
apabila musibah itu menyebabkan seseorang makin menentang hukum-hukum
Allah dan mengancam kebijaksanaan-Nya, maka ia termasuk orang-orang
kafir zindik.
Tetapi, jika musibah itu dapat menambah kesabaran dan teguh dalam
menghadapi segala macam musibah, maka ia termasuk golongan orang-orang
yang sabar. Dan mereka termasuk orang-orang yang terdekat dengan Allah,
dan yang khusus mendapat kecintaan-Nya.
Dalam hal ini Allah telah berfirman :
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku sabar”. (QS. 3 : 146).
Dan apabila musibah dapat membuat seseorang bersyukur kepada Allah dan
memuji-Nya, maka ia termasuk orang-orang yang bersyukur dan memuji
Allah. Kelak, ia akan mendapat pahala yang agung dari Allah.
Rasulullah bersabda :
اذا مات ولد العبد قال الله للملائكته :
قبضتم ولد عبدى؟ فيقولون نعم, فيقول : قبضتم ثمرة فؤاده فيقولون : نعم,
فيقول : ماذا قال عبدى فيقولون : حمدك واسترجع فيقول الله عز وجل ابنوا
لعبدى بيتا فى الجنة وسموه بيت الحمد (رواه الترمذى
“Apabila anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para
malaikat : “Kamu telah mencabut (nyawa) anak hamba-Ku?”. Para malaikat
menjawab : “Ya”. Kemudian Allah berfirman : “Apa yang dikatakan
hamba-Ku?”. Para malaikat menjawab : “Ia memuji-MU dan berlaku sabar
mengharapkan pahala-Mu”. Allah lalu berfirman pada mereka :
“Bangunkanlah sebuah gedung di surga buat hamba-Ku kemudian berilah nama
Baitulhamd”( Hadits riwayat Turmudzi).
Apabila musibah menimpa perasaan cinta kepada Allah dan rindu bertemu
dengan-Nya, ia tergolong orang-orang yang ikhlas dan golongan
orang-orang yang terdekat dengan Allah. Rasulullah SAW bersabda :
من احب لقاء الله أحب الله لقاءه (رواه مسلم والنسائى
“Barangsiapa yang rindu bertemu dengan Allah, maka Allah pun akan
merindukan bertemu dengannya”.( Hadits riwayat Muslim dan An-Nasai )
Setiap orang, hendaknya berlaku hati-hati ketika tertimpa musibah.
Janganlah mengucapkan perkataan negatif yang bisa meleburkan pahala dan
membuat murka Tuhannya. Sekali-kali janganlah menuduh Allah berlaku
aniaya terhadap dirinya. Karena Allah selalu berbuat adil dan tak akan
menganiaya seseorang. Allah Maha Mengetahui tak pernah keliru atau
bodoh, dan Allah Maha Bijaksana, tak pernah menakdirkan sesuatu kecuali
karena terkandung hikmah. Allah SWT berhak memberi dan mengambil, tak
ada yang berhak mempertanyakan apa yang diperbuat-Nya. Allah berbuat
menurut kesukaan-Nya, dan Allah Maha Kuasa terhadap hamba-hamba-Nya.
Beliaulah yang berfirman :
“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan
kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”. (QS. 6 :
17).
0 komentar:
Posting Komentar